Pertama kali memasuki dunia perkuliahan, aku merasakan suatu hal yang sangat berkesan, yaitu menjadi seorang mahasiswa baru. Bagi kebanyakan orang, masa-masa mahasiswa baru ialah masa di mana banyak terjadi momen menarik selama masa perkuliahan. Ternyata apa yang aku rasakan tidak seutuhnya berkesan. Situasi di dunia perkuliahan mewajibkan kita untuk meningkatkan potensi diri. Tiga tahun menuntut ilmu di bangku SMA, aku hanyalah seorang siswa yang berangkat sekolah, kemudian pulang. Bisa dikatakan bahwa aku tidak pernah mengikuti organisasi maupun kepanitiaan suatu kegiatan, termasuk Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Pada akhirnya, aku merasa menyesal karena tidak pernah tahu bagaimana rasanya menjadi anggota dari sebuah organisasi.
Berawal dari sebuah penyesalan, aku tanamkan niat dalam hati. Ketika aku sudah menjadi mahasiswa nanti, aku ingin menjadi seorang mahasiswa yang aktif, baik di dalam kampus maupun di luar kampus, karena aku memiliki prinsip. Prinsipku adalah bahwa selain ilmu pengetahuan yang aku cari sampai sejauh ini, ilmu yang paling berharga dalam hidup kita adalah pengalaman. Pengalaman akan sangat berguna pada saat kita dipertemukan dengan suatu permasalahan yang kita tidak tahu kapan datangnya.
Tahun pertamaku dihadapkan pada berbagai pilihan wadah untuk berorganisasi, mulai dari akademik hingga nonakademik. Banyaknya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) membuat aku semakin bingung untuk mendaftarkan diri. Seiring berjalannya waktu, aku mulai mencari informasi mengenai Badan Semi Otonom (BSO) yang nantinya bisa mengembangkan keterampilanku dalam public speaking. Ya, aku sangat menyukai public speaking, terlebih pada saat mempresentasikan suatu materi di depan teman-teman.
Pada masa mahasiswa baru, kami memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan kakak tingkat mengenai informasi seputar kegiatan akademik dan nonakademik di kampus. Salah satu informasi yang diberikan adalah mengenai sebuah BSO yang bergerak di bidang jurnalistik seputar dunia ketekniksipilan. Dari informasi yang aku peroleh, aku mengetahui bahwa ada sebuah kegiatan seru yang sering diadakan oleh BSO ini, yaitu misi. Misi merupakan kegiatan mengunjungi suatu proyek konstruksi yang bertujuan untuk menawarkan sebuah kerja sama. Nantinya, proyek tersebut dapat diulas dalam majalah yang diproduksi oleh BSO itu sendiri. Setelah mendengar hal itu, aku pun langsung tertarik dengan BSO yang bernama Clapeyron ini. Timbulah keinginan dalam diriku untuk mencari tahu lebih banyak lagi mengenai pers mahasiswa ini.
Akhirnya, masa rekrutmen terbuka pun tiba. Masa ini ditandai dengan adanya berbagai poster menarik di setiap sudut kampus, hingga digelarnya acara open house. Dalam open house ini, semua BSO dan subbidang membuka stan kecil-kecilan di sebuah ruangan, di mana aku dan teman-teman bisa berkeliling sesuka hati untuk menanyakan berbagai informasi dari setiap stan yang kami kunjungi. Ya, inilah momen paling tepat di mana aku bisa mencari tahu semua hal mengenai Clapeyron secara mendalam.
Saat aku memasuki ruangan kelas yang penuh sesak dengan orang-orang, stan pertama yang aku kunjungi ialah Clapeyron. Saat itu, aku menanyakan berbagai hal mengenai BSO ini, mulai dari struktur organisasi, program kerja dari setiap divisi, hingga berbagai macam produk yang mereka produksi. Dari empat divisi yang saling berkerja sama, ada satu divisi yang menarik perhatianku, yaitu divisi perusahaan. Alasannya cukup sederhana. Dalam divisi ini, aku dapat bersosialisasi dengan banyak orang.
Singkat cerita, beberapa hari setelah acara open house digelar, formulir pendaftaran akhirnya diedarkan. Hanya tiga hari saja waktu yang diberikan untuk mengisi formulir tersebut. Aku memutuskan untuk mematangkan pilihanku selama dua hari, kemudian aku akan mengisi formulirnya pada hari terakhir. Aku putuskan untuk mendaftarkan diri pada Clapeyron, dengan pilihan pertama divisi perusahaan dan pilihan kedua divisi penelitian dan pengembangan. Alasan mengapa aku memilih divisi penelitian dan pengembangan karena aku juga gemar dalam mencari data terkait suatu topik.
Masa rekrutmen terbuka yang ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa baru akhirnya tiba. Setelah aku mengisi formulir, aku diwajibkan untuk mengikuti beberapa tahapan seleksi guna menentukan apakah aku layak diterima sebagai awak baru Clapeyron. Pada proses seleksi ini, aku dan calon awak baru lainnya dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk kemudian diberikan tugas individu dan tugas kelompok. Semangatku sempat padam setelah mengetahui bahwa terdapat tugas individu berupa portofolio yang berisi data diri dan lampiran hasil karya pribadi. Rasa pesimis semakin menghantuiku setelah melihat hasil karya portofolio dari calon awak lainnya yang jauh lebih menarik dari portofolioku. tetapi aku tidak boleh putus asa. Pada tugas berikutnya, kami diwajibkan untuk membuat sebuah majalah kecil yang diberi nama “Clappost” dan dikerjakan secara berkelompok.
Setiap kelompok memperoleh satu dari lima konsentrasi dalam teknik sipil untuk menjadi tema Clappost, di mana kelompokku memperoleh tema tentang lingkungan. Dalam majalah ini, kami membagi tugas secara rata. Ada yang bertugas untuk menulis artikel, mencari data, dan mendesain tata letak majalah tersebut. Dalam tugas ini, aku belum tahu apakah aku akan menjadi awak Clapeyron atau tidak, tetapi aku sudah dibimbing untuk memahami proses pembuatan sebuah majalah. Proses ini dimulai dari menentukan topik, menentukan sumber data, hingga menentukan narasumber. Setelah menjalani proses pembuatan majalah kecil ini, aku jadi tahu bahwa terms of reference diperlukan untuk mewawancarai seorang narasumber.
Setelah Clappost selesai dan sudah dicetak, proses seleksi selanjutnya ialah focus group discussion (FGD). Pada tahap ini, aku mengunjungi setiap divisi dengan membawa portofolio dan Clappost. Lagi-lagi, aku mendapatkan sebuah pengalaman baru yang menurutku sangat berkesan saat aku mengunjungi divisi perusahaan. Saat itu, aku diminta untuk memperagakan proses mencari sponsor pada sebuah perusahaan. Alhasil, berbekal pengalamanku, aku mencoba untuk memperagakan hal tersebut dengan cara yang menurutku benar. Lega rasanya, proses FGD hari itu aku lewati dengan lancar, walaupun terasa sangat melelahkan karena harus menjalani rangkaian FGD dari pagi hingga matahari hampir terbenam.
Semua tahapan seleksi telah aku lewati dengan penuh usaha. Saat itu, aku hanya bisa terus berspekulasi dengan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi. Kemungkinan untuk diterima sebagai awak baru membuatku sangat senang. Jika aku gagal, maka aku akan mencobanya lagi tahun depan. Akhirnya, usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Tepat hari itu, seratus hari sebelum hari ini, aku resmi menjadi awak baru Clapeyron. Hanya rasa senang yang dapat aku rasakan pada hari pengumuman saat aku melihat fotoku yang dipajang pada sebuah kertas pengumuman bersama dengan foto awak baru lainnya.
Setelah diterima, para awak baru menjalani masa magang karena aku dan awak baru lainnya belum sepenuhnya sah menjadi awak Clapeyron. Di masa magang, kami diminta untuk menyelesaikan beberapa tugas sebagai awak baru. Dengan penuh semangat, semua kami persiapkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang harus kami kerjakan. Salah satu tugas yang diberikan ialah membuat sebuah rubrik yang nantinya akan disebarluaskan melalui media sosial. Rubrik ini harus dibuat dengan menarik agar semakin banyak orang menjadi tertarik melihat konten-konten dari Clapeyron.
Namun, sesuatu yang tidak diinginkan pun terjadi. Pandemi COVID-19 memberi dampak bagi seluruh negara, tak terkecuali Indonesia. Menyikapi pandemi ini, kampus memutuskan untuk menutup semua fasilitas pendidikan dengan harapan dapat menghambat penyebaran COVID-19. Sedih rasanya karena semua yang sudah direncanakan harus batal begitu saja, mulai dari beberapa tugas magang, agenda malam keakraban, hingga acara tahunan Claproyex pun harus ditiadakan. Tidak ada yang bisa disalahkan karena semua ini di luar perkiraan semua orang. Dalam segala keterbatasan ini, beberapa rencana harus tetap berjalan dengan cara, tugas, dan proses yang berbeda.
Tanpa mengurangi semangat yang ada, awak Clapeyron selalu berusaha untuk terus berkarya, menghasilkan konten-konten berkualitas yang bermanfaat bagi seluruh penikmat Clapeyron. Pandemi ini menimbulkan jarak antar awak Clapeyron yang sebelumnya bisa dengan mudah bertemu dan berkumpul bersama. Akan tetapi, satu hal yang dapat kami pelajari dari pandemi ini adalah bahwa tidak ada yang bisa mengurangi produktivitas kami untuk terus berkarya.
Mungkin ini bukan sebuah awal yang ideal bagi kami, awak baru, dalam memulai seratus hari pertama di Clapeyron. Akan tetapi, sudah banyak ilmu baru yang aku peroleh hingga saat ini, seperti cara menulis sebuah artikel yang memenuhi ketentuan untuk dipublikasikan. Situasi ini juga memberikan banyak pelajaran baru bagi kami untuk tetap menghasilkan sesuatu dengan kualitas yang baik, walau dengan cara yang berbeda. Harapan kita semua, semoga pandemi ini dapat segera berakhir, sehingga kita dapat bertemu dan kembali beraktivitas seperti sediakala.
Tulisan oleh M. Ari Kesuma Shandy
Gambar oleh Bagas Adi