Seratus Hari Pertama: Api Semangat itu Telah Berpindah Tangan

Tidak terasa seratus hari telah dilalui bersama mereka.
Seratus hari pula rasa tidak percaya ini muncul.
Ketidakpercayaan di mana mereka memercayakan “anak yang tidak pernah ikut organisasi” ini untuk menjadi bagian dari keluarganya.
Ketidakpercayaan akan realitas diterima sebagai bagian dari Clapeyron.

Bermodalkan “semangat untuk berorganisasi”, anak ini pun memberanikan diri mendaftar di Clapeyron.
BSO yang terkenal dengan anggota-anggota bekennya.
BSO yang terkenal dengan “misi”-nya ke berbagai daerah di Indonesia.
BSO yang terkenal dengan pamornya di lingkup departemen hingga nasional.

Masih terukir baik di ingatan anak ini ketika menghadapi lika-liku proses seleksi.
Di saat teman-teman lain bisa memamerkan portofolionya yang dihias apik, sementara anak ini hanya bisa membawa portofolio polos bekas tugas bahasanya di SMA.
Di saat teman-teman lain bisa menuliskan seabrek organisasi yang telah mereka naungi, sementara anak ini hanya bisa menuliskan “aktif mengikuti kegiatan di sekolah” di CV-nya.
Di saat temen-teman lain bisa mengutip buku-buku terkenal untuk tugas Clappostnya, sementara anak ini hanya bisa menyumbangkan opini pribadinya untuk tugas Clappostnya.
Dan berbagai aral melintang lain yang menyertai didalamnya.

Lagipula, terlalu naif rasanya menyebut mereka sebagai BSO.
Menyebut BSO kepada orang-orang yang pertama kali bakal ngucapin selamat di hari ulang tahunmu.
Kepada orang-orang yang pertama kali bakal mengapresisasi konten-konten kamu
Kepada orang-orang yang pertama kali bakal nanyain kabar kamu di kondisi suram seperti ini.
Kurasa istilah yang tepat bagi mereka, atau kami, adalah keluarga

Terlalu cepat memang bagi seorang “anak baru” ini berbicara demikian.
Namun atas semua yang telah kulalui bersamanya.
Atas ucapan semangat yang selalu diberikan.
Atas rasa kekeluargaan yang dirasakan.
Rasanya tidak berlebihan menyebutnya keluarga.

Berat memang ketika harus memikul nama besar keluarga ini sendirian.
Namun dengan semangat berdinamika yang terus membara.
Dengan rasa kekeluargaan yang selalu terpancar.
Dengan pesan-pesan positif yang selalu berkumandang.
Anak ini yakin betul, bila pada akhirnya kami semua bisa melalui berbagai rintangan kedepannya.

Dan sekali lagi, terima kasih telah menerima anak ini sebagai bagian dari keluarga.
Terima kasih telah mendidik anak ini untuk menunjukkan kemampuan terpendamnya.
Terima kasih telah menjadi tempat berlindung anak ini dari kerasnya dunia perantauan.
Terima kasih, keluarga.

Tulisan oleh Yoga Faerial
Gambar oleh Iqbal Baihaqi