Beberapa waktu lalu, Awak Clapeyron berkesempatan untuk menilik Proyek Bendungan Bener yang terletak di Desa Guntur, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo. Bendungan Bener merupakah salah satu bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), yakni infrastruktur untuk meningkatkan ekonomi dan pemerataan pembangunan di Indonesia. Saat ini, pembangunan Bendungan Bener sudah mencapai 10,1% dari target rencana.
Bendungan Bener diklaim sebagai bendungan tertinggi di Indonesia dan dapat mengakomodasi suplai air baku dengan cakupan daerah yang luas. Kendati demikian, nyatanya proyek ini telah menuai berbagai pro-kontra dari masyarakat setempat bahkan sejak tahap sosialisasi.
Amuk massa tidak dapat dihindari saat sosialisasi berlangsung. Pasalnya, kegiatan pembangunan Bendungan Bener menuai penolakan dari mayoritas warga Desa Wadas yang wilayahnya diambil untuk digunakan sebagai lokasi penambangan quarry. Warga Desa Wadas mengkhawatirkan dampak lingkungan yang akan mereka hadapi, seperti hilangnya sumber mata air, penurunan kualitas tanah, hingga risiko longsor yang besar.
Penolakan warga Desa Wadas ini telah meramaikan berbagai portal berita. Awak Clapeyron pun akhirnya memutuskan untuk mendapatkan titik terang permasalahan dengan mengunjungi langsung Desa Wadas.
Berdasarkan hasil wawancara Awak Clapeyron dengan kepala desa serta sebagian warga Desa Wadas, dapat disimpulkan bahwa konflik antar penduduk desa maupun antara penduduk desa dengan pihak pemangku kepentingan masih berlangsung cukup panas. Sebagian masyarakat desa masih tidak memercayai “janji-janji manis” pemerintah. Ditambah lagi, sebagian warga Desa Wadas saat ini menjadi semakin marah karena merasa tidak diikutsertakan dalam pengurusan AMDAL.
Lantas, apa sih sebenarnya harapan warga Desa Wadas terhadap Proyek Bendungan Bener ini? Apakah mereka mengharapkan sosialisasi tambahan? Atau justru warga akan tetap bersikeras menolak adanya penambangan? Mari simak pendapat warga Desa Wadas melalui video berikut!
Tim Liputan Clapeyron (Afaf, Faatira, Bagas, Bhre, Aninda)