Erasmus ASIASAFE : Cara Wujudkan Lalu Lintas Aman Global

UGM sebagai universitas berkelas dunia memiliki rekognisi yang tinggi di dunia akademia internasional, ditambah sejarah panjang dalam perannya di bidang transportasi. Alasan itulah yang mendasari pemilihan UGM sebagai tuan rumah “The 5th Erasmus+ ASIASAFE”. Acara ini diselenggarakan di Smart Green Learning Center (SGLC), Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Senin–Jumat (29/08–02/09). Proyek yang dimulai sejak Januari 2021 ini sebelumnya terselenggara di Negeri Jiran, Malaysia.

Proyek ini hasil kolaborasi antara Universitas Uni Eropa (Swedia-LIU, Italia-UNITOV, dan Portugal-U-PORTO) dan Universitas Asia (Indonesia-UGM dan UMY, Malaysia-UM dan MUST, serta Vietnam NTTU dan UTC). Keterlibatan UGM pada kolaborasi ini bukanlah tanpa alasan. Dahulunya, Magister Sistem dan Teknik Transportasi (MSTT) UGM memiliki kerja sama dengan Linkoping University dalam hal akademik. Kerja sama ini berupa program double degree yang menempatkan Ghazwan Al-Haji (Project Manager dan Koordinator Program Erasmus ASIASAFE saat ini) sebagai salah satu dosen pembimbing saat itu. Dari kerja sama itulah terjalin networking yang menjadi sebuah pintu gerbang untuk pembahasan proyek ini.

Program ini terdiri dari beberapa kegiatan. Pada hari pertama, seluruh anggota melaporkan perkembangan kurikulum peminatan traffic safety pada masing-masing program magister universitas. Setelah itu, seluruh anggota mendapatkan pemaparan mengenai profil dari MSTT UGM. Kemudian, hari kedua diisi dengan pemaparan materi oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Indonesia Road Safety Partnership (IRSP).

Kecelakaan lalu lintas masih menjadi masalah global yang terus meningkat tiap tahunnya. Setiap hari, hampir 3.700 orang tewas secara global dalam kecelakaan lalu lintas. Lebih dari setengah korban yang tewas adalah pejalan kaki, pengendara sepeda motor, atau pengendara sepeda. Kecelakaan ini disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah faktor kesalahan manusia, faktor alam, faktor kendaraan, dan faktor kondisi jalan.

Angka kecelakaan akibat faktor kondisi jalan dapat ditekan dengan membangun jalan dan lalu lintas yang aman. Dalam bidang pendidikan, salah satu caranya ialah dengan meningkatkan mutu pendidikan keselamatan lalu lintas. Oleh karena itu, Program Erasmus+ ASIASAFE hadir menjawab masalah itu. Proyek ASIASAFE berfokus pada keselamatan lalu lintas jalan serta masalah kesehatan, sosial, dan ekonomi yang berkembang di dunia.

Proyek ASIASAFE merupakan program yang bertujuan untuk mengembangkan, mengadaptasi, dan menerapkan kurikulum yang maju dan modern dalam keselamatan lalu lintas jalan menurut standar Keselamatan Lalu Lintas Uni Eropa, praktik terbaik, dan standar akreditasi nasional. Syarat pertama dari proyek ini adalah persetujuan dari pihak universitas, fakultas, dan departemen. Setelah persetujuan itu, kemudian kurikulum mulai dikembangkan.

Pembentukan kurikulum tersebut meliputi tahap perencanaan, pengembangan, adaptasi, dan implementasi. Awalnya, analisis kebutuhan pasar dilakukan untuk mengetahui pekerjaan apa yang sedang dibutuhkan saat ini. Kemudian, setiap koordinator universitas akan dihubungi untuk menyebarkan survei, seperti “Apakah program yang dibuat sudah cocok?” atau “Apakah program ini akan berguna dan apa yang diharapkan dari lulusan ini?”. Selanjutnya, pengembangan seperti memetakan penggunaan IT, intelligent transport systems, dan penggunaan aplikasi modern akan dilakukan.

Sedari awal, program ini memang menargetkan program yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal ini dilakukan agar lulusannya nanti, bisa langsung terjun dalam masyarakat. Selain itu, pendekatan inovatif untuk mengajar dan belajar juga diharapkan akan mendukung kurikulum ini.

Standar keselamatan lalu lintas Eropa digunakan pada proyek penyusunan kurikulum magister ini. Hal ini karena Eropa merupakan salah satu benua yang berhasil mengurangi angka kecelakaan lalu lintas secara signifikan dekade ini. Untuk mencapai hal itu, ada banyak praktik,  tindakan, pendidikan, penelitian, dan pengembangan yang telah dilaksanakan. Pengalaman dan kesuksesan dalam pengelolaan traffic safety inilah yang diharapkan sukses pula di negara-negara Asia.

Meskipun demikian, bukan berarti penyusunan kurikulum ini “salin-tempel” dengan standar keselamatan Eropa. Akan tetapi, tetap dilakukan adaptasi dan penyesuaian penyusunan kurikulum sesuai dengan keadaan dan kebutuhan di masing-masing negara Asia, seperti bahan dan material di daerah tropis.

Bukan hanya menerapkan standar Eropa dalam hal keselamatan lalu lintas, proyek ini juga menerapkan standar Eropa dalam hal pendidikan. Eropa memiliki standar dalam menyelenggarakan tesis master, apa saja regulasinya, bagaimana melakukan master yang baik, apa saja regulasi tentang blended learning, pembelajaran secara daring ataupun luring. Jadi, ada juga beberapa standar UE mengenai pendidikan tinggi, jaminan kualitas, dan sebagainya. Karena itulah proyek ini mempertimbangkan hal ini juga.

Koordinator proyek Erasmus+ ASIASAFE Ghazwan Al-Haji mengungkapkan harapannya untuk terus bisa berkolaborasi dengan UGM di proyek lainnya.

We do hope that this master program will continue and sustain after the project ends by UGM hands. So they will sustain it and maintain the quality and the courses. And also we hope, by the end of this project, to sustain our collaboration with UGM, not only about this master program, but for other disciplines as well as exchange of teachers, staff, researchers, students (…) And there are other objectives of the program regarding equipment, ICT, travels, etc,

Ghazwan Al-Haji

Keberlanjutan proyek studi minat MSST dengan tetap menjaga kualitas kurikulum sangat diharapkan. Ghazwan juga berharap usai proyek ini, kedua pihak dapat mempertahankan kerja sama. Tidak hanya untuk program magister ini, tetapi untuk disiplin ilmu lain serta pertukaran guru, staf, peneliti, dan mahasiswa.

Anggota tim Erasmus+ ASIASAFE UGM Rizka Fahmi Amrozi pun mengamini harapan tersebut. Selain kerja sama magister seperti proyek ini, ada pula kemungkinan kesempatan kerja sama di program doktoral dan sarjana. Kerja sama lainnya dalam hal student mobility seperti beasiswa dan summer school juga diharapkan terjadi.

Lebih lanjut, Fahmi juga mengungkapkan bahwa kerja sama adalah hal yang tak dapat diprediksi. Isu keselamatan lalu lintas ini didiskusikan dengan IRSP yang kemudian menghasilkan program MBKM Indonesian Youth Road Safety Warriors.

Implementasi proyek Erasmus+ ASIASAFE, tertuang pada minat studi yang baru saja dibuka, traffic safety pada program MSTT Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM. Pada semester ini, sebanyak 49 mahasiswa terdaftar di program studi MSTT dan 5 diantaranya sudah dipastikan masuk ke minat traffic safety.

“Harapannya, nanti mahasiswa di minat traffic safety ini akan bertambah. Tidak hanya 5 tapi lebih dari itu, harapan kami minimal 10,”

Fahmi

Program pengembangan kurikulum keselamatan lalu lintas ini diharapkan mampu turut memperbaiki regulasi keselamatan lalu lintas. Supaya nantinya, angka kecelakaan lalu lintas Indonesia turut menurut seperti Eropa.

Tulisan oleh Jannatul Qolbi Ash Shiddiqi
Data oleh Sanitya Pralambang
Ilustrasi oleh M. Fuad Nadhif

Tim Liputan Clapeyron (Jannatul Qolbi, Sanitya Pralambang, Fuad Nadhif)