Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia (KBGI) merupakan event yang selalu dinanti-nanti dan memiliki daya tarik tersendiri bagi mahasiswa teknik sipil. Pada tahun ini, KBGI kembali menginjakkan kakinya di Ibu kota Indonesia. Penasaran dengan kisah dan tapak jejak KBGI di Jakarta? Berikut ulasan singkatnya.
Final KBGI 2022 resmi dibuka pada Jumat, 18 November 2022, dilanjutkan dengan technical meeting serta presentasi finalis pada hari yang sama. Pada pembukaan, dipaparkan bahwa dari 16 tim yang turut serta pada dua kategori lomba, akan dinobatkan 1 juara umum, yaitu juara dari akumulasi poin kategori baja dan beton. Kemudian, dinobatkan juara 1, 2, dan 3 pada masing-masing kategori lomba. Selanjutnya, terdapat juara pada kategori khusus dari tiap kategori lomba, misalnya juara pada Kinerja Seismik dan Metode Pelaksanaan Konstruksi.
Pada keesokan harinya, dilakukan perakitan, penimbangan, pengukuran, dan pengujian getar. Akan tetapi, pada hari ketiga, pengujian getar hanya dilakukan pada kategori baja, sedangkan untuk kategori beton dilanjutkan pada hari terakhir.
Kompetisi berjalan seru, haru, dan menegangkan. Terlihat ada beberapa tim support bersorak-sorai, bahkan membawa perkusi untuk mendukung tim kebanggaan mereka. Awalnya, hanya tim dari Universitas Muhammadiyah Malang yang berteriak lantang mendukung dua finalis mereka yang sedang merakit bangunan. Namun, karena tim lainnya tidak mau kalah, terjadilah riuh penonton yang menyanyikan lagu untuk menyemangati para finalis.
Setelah kurang lebih 3 jam perakitan bangunan, tibalah saat yang paling dinanti-nanti, yaitu pengujian pada meja getar. Sayangnya, ada dua finalis yang belum berhasil menyelesaikan perakitannya sehingga tidak bisa mengikuti pengujian. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pengujian dilakukan dengan meletakkan bangunan di atas meja getar secara horizontal dan pengujian dimulai bertahap dari 1,5 Hz; 2,5 Hz; 3,5 Hz; 4,5 Hz; dan 5,5 Hz selama 60 detik. Kemudian, digital distance meter akan dibaca pada tiap frekuensi getar.
Pengujian getar pada bangunan beton menjadi pembuka keseruan hari terakhir KBGI 2022. Bagaimana tidak? Setelah menahan napas selama 60 detik pada tiap frekuensi getar, penonton akan mengeluarkan suara bangganya ketika bangunan racikan timnya tetap berdiri kokoh. Setelah semua perlombaan selesai, tibalah saat bagi 10 juri untuk menentukan siapa yang akan tersenyum lebar di penutupan nanti.
Seakan ingin menjaga euforia dan meredakan ketegangan para finalis, pada prosesi penutupan dan awarding, panitia lomba mengajak finalis dan hadirin untuk sedikit tersenyum dengan adanya penampilan sulap, penampilan drama yang dikombinasikan dengan band music, dan dance yang ciamik. Tak hanya itu, acara ditutup manis dengan doorprize dan merdunya paduan suara mahasiswa Universitas Tarumanagara sebelum akhirnya ketegangan kembali terjadi.
Yap, momen yang paling ditunggu-tunggu, yaitu pembacaan juara. Ketua Dewan Juri, yaitu Profesor Tavio menjadi pembaca momen bersejarah bagi tiap finalis. Setelah 5 juara kategori khusus diumumkan, ada satu kategori juara tambahan yang tiba-tiba dibacakan, yaitu kategori Most Inspiring Team. Jirnnodara, tim perwakilan Universitas Gadjah Mada yang berasal dari Gadjah Mada Build and Bridge (GMBB) Community menjadi penyabet juara kategori tersebut.
Dewandra Team, perwakilan dari Politeknik Negeri Ujung Pandang, menjadi juara 1 Kategori Baja dan disusul oleh Wisanggeni Team, wakil dari Universitas Negeri Yogyakarta sebagai juara 1 Kategori Beton. Zulkifli Nasir dan Muh. Taufik Hidayat menutup hari dengan senyuman paling lebar setelah membawa pulang piala bergilir KBGI ke Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Pada saat pembukaan kemarin, Clapeyron sempat mewawancarai Rektor Universitas Tarumanagara, yaitu Agustinus Purna Irawan perihal tindak lanjut bagi juara KBGI. Kemudian, beliau menyampaikan:
“Ya, bisa, tentu, dengan apa yang dihasilkan hari ini dapat dibuat versi bisnisnya dan diaplikasikan di dunia profesi/lapangan yang tentu saja akan dilakukan penyesuaian–penyesuaian terhadap perhitungan-perhitungannya.”
Agustinus Purna Irawan, Rektor Universitas Tarumanagara
Tulisan oleh Taufik Rosyidi
Data oleh Salsabila Salma Wijaya
Dokumentasi oleh Hanif Albaihaqi
Tim Liputan Clapeyron (Taufik, Salsabila, Hanif)