
Seminar Professional Career Studium Generale Series berhasil dilaksanakan pada hari Sabtu (26/8) dengan tema Know Your Competence, Workplace, and Industry. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian acara Dies Natalis Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada ke-64. Sebelumnya, seminar yang sama telah dilaksanakan secara daring dengan subtema terkait bidang automotif. Sedangkan rangkaian keduanya, dilaksanakan secara luring di Auditorium SGLC FT UGM dengan subtema Thriving In The Energy Industry. Keluarga Mahasiswa Teknik Mesin UGM mengundang tiga alumninya sebagai pembicara pada diskusi terbuka ini. Tiga alumni yang dimaksud ialah Muhammad Nurdin angkatan 93, Iwan Firstantara angkatan 87, dan Fata Yunus angkatan 88
Pembukaan acara dimulai dengan sambutan oleh Sekretaris Departemen Teknik Mesin dan Industri UGM Dr. Eng. Ir. Adhika Widyaparaga, S.T., M. Biomed. Kemudian, dilanjutkan dengan sambutan oleh Ketua Presidium Keluarga Alumni Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (KAMIGAMA) Ir. Agus Pranoto.
Muhammad Nurdin, Senior Vice Production Exxonmobil Indonesia, memulai seminar dengan membahas topik menarik seputar peran dari minyak dan gas pada transisi energi. Beliau menyampaikan bahwa di masa depan—tahun 2050—kebutuhan energi dunia mengalami kenaikan sebesar 15 hingga 20 persen.
Di samping itu, terdapat tiga tantangan industri energi atau disebut trilema industri. Pertama, climate security. Produk energi berbasis net zero emission, yaitu emisi yang dihasilkan dari proses produksi dengan kuantitas yang sama harus ditangkap di tempat lain. Zero emission memiliki arti yang berbeda dengan net zero emission. Perbedaannya terletak pada zero emission yang terpaku pada emisi gas harus sama dengan nol. Kedua, economic security energi harus affordable. Ketiga, energy security. Memperoleh energi merupakan hak bagi setiap individu. Walaupun harga yang murah dan telah menerapkan net zero emission, jika tidak dapat dijangkau oleh semua orang menandakan energi tersebut belum reliable.
Selaras dengan itu, hingga saat ini belum ditemukan sumber energi yang dapat mengatasi tiga permasalahan tersebut—clean, affordable, dan available— secara bersamaan. Oleh karena itu, usaha yang dapat dilakukan oleh para engineer adalah membuatnya menjadi ada dengan energy mix. Seluruh sumber energi yang ada dapat digunakan, tetapi dengan persentase penggunaan yang berbeda.
“Selaras dengan itu, hingga saat ini belum ditemukan sumber energi yang dapat mengatasi tiga permasalahan tersebut—clean, affordable, dan available— secara bersamaan. Oleh karena itu, usaha yang dapat dilakukan oleh para engineer adalah membuatnya menjadi ada dengan energy mix. Seluruh sumber energi yang ada dapat digunakan, tetapi dengan persentase penggunaan yang berbeda.”
Muhammad Nurdin, Mesin 93
Seluruh energi tersebut di-supply pada sektor industri, transportasi, kelistrikan, dan perumahan komersil.
Isu climate change yang dapat menaikkan suhu global menjadi poin bahasan menarik pada seminar kali ini. Isu ini memberikan perubahan besar di sektor industri energi terlebih pada perusahaan dengan produk utamanya berupa sumber daya tidak terbarukan seperti minyak bumi dan gas alam. Hal ini membuat industri energi mulai beranjak untuk melakukan transisi energi. Transisi energi dilakukan dengan harapan tercapainya sumber energi yang mengedepankan nilai clean, affordable, dan available.
“Walaupun banyak di antara energy company yang menjadikan dirinya sebagai wind energy ataupun solar energy, Exxonmobil memutuskan kita tidak akan ke situ karena kita tidak punya expertise di kincir angin ataupun solar panel. Expertise kita ada di engineering, geoscience, project design and execution, innovation, serta operations and maintenanceKarena fundamental isu climate change adalah banyaknya CO2, kenapa kita tidak tangkap saja CO2? Itulah yang akan dilakukan oleh Exxonmobil,”
Muhammad Nurdin, Mesin 93
Lebih lanjut, Exxonmobil merupakan mitra pemerintah dalam produksi dan pengembangan sumber daya minyak dan gas bumi. Exxonmobil menggunakan langkah alternatif untuk menggerakkan industrinya di sektor yang sama, tetapi tetap memperhatikan kondisi lingkungan sekitar. Langkah tersebut diterapkan dalam pengolahan limbah CO2 menggunakan sistem carbon capture storage (CCS). Pada dasarnya, sistem ini menginjeksikan CO2 dan menyimpannya di dalam bumi dengan kedalaman 1 kilometer, baik saat proses industri maupun ketika terbentuk di cerobong asap sehingga CO2 yang dihasilkan tidak akan terlepas bebas ke atmosfer dan menjadi polutan di udara.
Berbeda dengan Exxonmobil, industri kelistrikan Indonesia saat ini tengah berbenah untuk mengganti bahan bakar tenaga listriknya secara bertahap ke arah environment friendly. President Director PT PLN Energi Primer Indonesia Iwan Firstantara mengatakan bahwa saat ini yang menjadi tantangan bagi engineer di sektor listrik adalah bagaimana mengganti pembangkit listrik tenaga uap menjadi lebih ramah lingkungan. Menurut Iwan, tindakan yang tepat adalah melalui biomass seperti cofuring. Bahan alam seperti kayu digunakan untuk campuran batu bara sehingga menghasilkan listrik yang ramah lingkungan.
“Nanti, di rencana umum pembangunan tenaga listrik, mungkin sekitar 75% kita akan ke arah renewable“
Iwan Firstantara, Mesin 87
Pembicara terakhir, Fata Yunus sebagai Director of Operations Pertamina Drilling
Services Indonesia menutup seminar dengan topik pembahasan Oil and Gas Industry in Indonesia. Menurut Fata, meskipun tren minyak dan gas hingga 2050 nanti mengalami penurunan persentase pemakaian, tetapi dua sumber energi tersebut masih mendominasi pada kebutuhan energi global.
“Energi fosil tidak bisa ditinggalkan, tetapi energi terbarukan harus dilakukan,”
Fata Yunus, Mesin 88
Letak sumber minyak dan gas yang berada di wilayah perairan, baik laut dangkal maupun laut dalam menjadi tantangan untuk melakukan eksplorasi sumber daya. Sedangkan, untuk menentukan kelayakan pengambilan sumber energi, perlu upaya penggalian. Akan tetapi, seluruh tantangan yang terjadi dalam setiap perubahan tren industri dapat diatasi dengan kompetensi dari sumber daya manusia yang mengelolanya.
Pada setiap akhir pemaparan, pembicara menekankan pentingnya potensi diri yang dapat membantu di dunia pekerjaan nantinya. Perubahan akan selalu datang bersama masalah, kemudian menghasilkan strategi untuk menghadapinya melalui kompetensi diri. Calon engineer diharapkan dapat memiliki kualifikasi diri yang mencakup berpikir kritis, adaptif dan fleksibel, kreatif dan inovatif, dapat berkolaborasi, serta komunikatif. Lingkungan sekitar juga turut berperan aktif dalam membantu seseorang untuk menemukan potensi dirinya. Positive reinforcement membuat lingkungan kerja dapat lebih sehat dan produktif karena hubungan yang saling mendukung satu sama lain.
Tulisan oleh Dwi Gustiara
Data oleh Sharfina Sharfina Putri Nurul Shadrina
Dokumentasi oleh Ridwan Firmansyah
Tim Liputan Clapeyron (Tiara, Fina, Ridwan)