“It’s a nice week to occupy Balairung” adalah kegiatan berkemah oleh teman-teman mahasiswa di depan Balairung sebagai aksi damai penolakan iuran pengembangan institusi (IPI). Aksi berkemah oleh teman-teman mahasiswa ini dilaksanakan dari hari Senin, (27/05/24) hingga kurang lebih satu pekan ke depan. Pada aksi damai ini, teman-teman mahasiswa menuntut Rektor Universitas Gadjah Mada, Ova Emilia untuk menemui mereka dalam diskusi terbuka perihal penolakan terhadap Iuran Pengembangan Institusi yang diterapkan di UGM.
Dalam aksi ini, teman-teman mahasiswa menuntut tiga hal, yakni menghilangkan iuran pengembangan institusi (IPI) di semua golongan dan memberlakukan kembali 8 golongan uang kuliah tunggal (UKT)—yang saat ini diberlakukan skema 5 golongan—, mendorong kenaikan APBN untuk pendidikan sebesar 30%, dan menolak Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2024 tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi pada Perguruan Tinggi Negeri di Lingkungan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terkait kenaikan Uang Kuliah Tunggal dan Iuran Pengembangan Institusi.
Sejak hari Senin (27/05/24) hingga Kamis (30/05/24), Rektor UGM yang diharapkan bersedia menemui para mahasiswa belum usai bertugas dari Qatar. Namun, setelah bertahan lima hari di tenda dan menunggu Rektor UGM tersebut kembali ke Yogyakarta, akhirnya pada Jumat (31/05/24) pukul 11:30 WIB, Rektor UGM, Ova Emilia, bersedia berdialog terbuka dengan mahasiswa di depan Balairung.
Dialog terbuka yang terjadi diawali dengan penyampaian tiga pokok tuntutan teman-teman mahasiswa, yakni terkait penghapusan IPI dan mengembalikan sistem 8 golongan dalam pembayaran UKT, APBN pendidikan, dan penolakan Permendikbud Ristek Nomor 2 Tahun 2024 terkait Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Iuran Pengembangan Institusi (IPI), dilanjutkan dengan tanggapan dari Rektor UGM secara langsung.
Rektor UGM mengapresiasi gerakan mahasiswa yang telah dilakukan hingga sekarang dan menanggapi tuntutan teman-teman mahasiswa satu per satu. Perihal IPI yang diberlakukan, Rektor UGM Ova Emilia mengatakan bahwa tujuan dari diberlakukannya IPI pada mahasiswa yang mendapatkan golongan tertinggi dapat memberikan subsidi kepada mahasiswa yang kurang mampu sehingga memberi keadilan dan aksesibilitas dalam menempuh pendidikan.
Sedangkan menurut teman-teman mahasiswa, segala bentuk uang pangkal itu memberatkan sehingga harus dihapuskan dalam rangka menciptakan pendidikan yang lebih terjangkau. Diskusi terbuka terkait tuntutan penghapusan IPI masih berbuah pernyataan bahwa UGM akan tetap memberlakukan uang pangkal untuk golongan tertinggi UKT dalam rangka subsidi bagi golongan mahasiswa yang kurang mampu.
Dalam tuntutan ke-2 yakni menaikkan APBN untuk pendidikan sebesar 30%, Rektor UGM turut mengajak mahasiswa untuk menyuarakan dan mengawal akan pentingnya pendidikan karena dengan mahasiswa menyuarakan aspirasinya, diharapkan dalam skala nasional akan didengarkan dan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Terakhir, menanggapi tuntutan ke-3 yaitu penolakan Permendikbud Ristek Nomor 2 Tahun 2024 terkait Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Iuran Pengembangan Institusi (IPI), Rektor UGM mengatakan akan tetap menggunakan skema tahun lalu yakni pemberlakuan IPI untuk mahasiswa golongan UKT tertinggi dan tidak menerapkan IPI ke semua golongan.
Jawaban yang diberikan oleh pihak rektorat masihlah sama dengan apa yang mereka tawarkan seperti tahun-tahun sebelumnya, yakni duduk bersama di suatu ruangan dengan perwakilan mahasiswa. Melihat keputusan yang tak pernah membuat mereka puas dan berbeda dengan apa yang mahasiswa tuntut apabila solusinya sama, mahasiswa enggan untuk menerima tawaran tersebut. Apa yang diinginkan mahasiswa ialah duduk dan memutuskan bersama, tanpa adanya keterwakilan—para mahasiswa enggan untuk adanya perwakilan karena yakin bahwa setiap individu memiliki kesulitan yang berbeda dan tidak akan pernah bisa mewakilkan orang lain.
Forum berlangsung panas karena mahasiswa tidak puas dengan jawaban rektorat yang masih keukeuh akan jawabannya. Ova mencukupkan proses diskusi yang tidak kunjung menemukan titik terang yang kemudian menjadi penutup—lalu forum dibubarkan karena ibadah salat jumat akan segera berlangsung.
Pada sekitar pukul 15:00 sampai 16:30 WIB, keadaan di depan Balairung sempat menjadi kurang kondusif. Terjadi bentrok antara pihak keamanan UGM K5L dengan teman-teman mahasiswa karena adanya tenda yang digusur dari depan Balairung dalam rangka untuk latihan upacara bendera Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni 2024. K5L—dulunya PK4L—juga sempat menggusur mahasiswa yang enggan pergi dari sekitar tiang bendera saat gladi upacara dilakukan. Aksi mahasiswa di depan Balairung ini masih dilanggengkan karena tuntutannya terkait penghapusan IPI belum dipenuhi.
Di tengah pelaksanaan latihan upacara Hari Kelahiran Pancasila dan aksi teman-teman mahasiswa yang masih berlanjut, dosen dari Program Studi Perbankan Sekolah Vokasi, Ibu Fani Pramuditya, membuka diskusi mengenai solusi yang Ia tawarkan kepada para mahasiswa dan meminta mereka untuk menepi sejenak supaya upacara peringatan Hari Pancasila bisa dilakukan dengan lancar. Akan tetapi, solusi yang diberikan hanyalah solusi yang sama sehingga diskusi alot yang terjadi tak jua menemui titik solusi.
Clapeyron berharap apa yang diperjuangkan teman-teman mahasiswa bisa diperoleh dan IPI yang digaungkan tidak akan lagi ada. Untuk apa tiap tahun memperingati Hari Pancasila, tetapi implementasi dari “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” tidak tergambar nyata.
Data oleh Yasmina R. Khairunnisa
Tulisan oleh Yasmina R. Khairunnisa dan Taufik Rosyidi
Dokumentasi oleh M. Naufal Aqil Farhan