Wiswakharman Expo—acara tahunan yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Arsitektur (KMTA) UGM—telah sukses diselenggarakan selama tiga hari, yaitu pada tanggal 30 dan 31 Mei, dilanjutkan 2 Juni 2024 dan berlokasi di di Taman Budaya Yogyakarta. Mengusung tema “In Between Architecture”, acara ini mengupas permasalahan mengenai celah-celah kota yang tidak dimanfaatkan dengan baik.
Dibuka pada tanggal (30/05/24), Wiswakharman Expo menghadirkan berbagai karya menarik berupa maket dan instalasi interaktif yang mampu menarik berbagai kalangan untuk berkunjung. Di bagian awal pameran, terdapat kilas balik Wiswakharman Expo selama delapan tahun ke belakang yang dilanjutkan dengan miniatur tata letak kota Yogyakarta. Instalasi interaktif yang menggunakan clay terletak di bagian tengah pameran ini. Clay diibaratkan sebagai benda yang dapat mengisi kekosongan dari sebuah lahan sehingga lahan tersebut mampu menjadi lahan yang produktif. Beragam instalasi interaktif seperti puzzle dan menghubungkan benang juga terdapat di bagian tengah pameran ini.
Karya utama yang dipamerkan di Wiswakharman Expo 2024 sekaligus merupakan hasil pekerjaan mata kuliah KKA atau Kuliah Kerja Arsitektur. KKA merupakan mata kuliah untuk mahasiswa tahun ketiga Program Studi Arsitektur dan pada mata kuliah ini, mahasiswa/i akan belajar mengenai arsitektur secara lebih luas. Konsep penyusunan KKA didasarkan dari survei yang sebelumnya telah dilakukan di negara Jepang, Singapura, dan Indonesia. Permasalahan mengenai inefisiensi penggunaan lahan kosong di Indonesia menjadi sorotan utama KKA tahun ini. Dengan mengidentifikasi permasalahan tersebut, terbentuklah tema besar pasca KKA, yaitu “Bridging Gaps: Reimagining through Integrated Space”. Terdapat 19 maket dari 19 kelompok yang terinstal di bagian pasca KKA yang mengangkat isu dari berbagai tempat di daerah Yogyakarta. Wiswakharman Expo 2024 juga membuka submission karya untuk umum. Berbagai karya lukisan, maket, bahkan hasil fotografi dipertunjukkan di bagian akhir dari pameran ini.
Simposium dan awarding dilaksanakan pada hari kedua, yaitu tanggal (31/05/24). Sibarani Sofian selaku founder dari URBAN+ dan Anton Siura selaku founder dari Siura Studio menjadi pembicara pada simposium ini. Selama satu setengah jam, simposium membahas strategi mengenai pemanfaatan lahan kosong menjadi tempat yang dapat mewadahi aktivitas manusia dengan seefisien mungkin. Seusai simposium, dilakukan presentasi dari kelima finalis Architectural Competition. Tim yang telah berhasil melewati berbagai seleksi hingga sampai di babak final antara lain tim dari Universitas Diponegoro, Universitas Ciputra, Universitas Teknologi Yogyakarta, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Sebelas Maret. Juara pertama diperoleh oleh tim dari Universitas Diponegoro dengan karya bertajuk “Bertaut”. Posisi kedua diperoleh oleh Universitas Ciputra dengan karya bertajuk “Pantara Atisukma”, lalu disusul oleh Universitas Teknologi Yogyakarta dengan karya bertajuk “Banyan Canopy Hub” pada posisi ketiga.
Berlokasi di Gedung Societet Militair pada tangga (02/06/24), Wiswakharman Expo 2024 resmi ditutup secara apik dengan serangkaian pertunjukan musik serta orchestral theater. Sound of Tejo, band yang beranggotakan mahasiswa dari Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah dan Kota, membawakan lagu Secukupnya dan Fix You sebagai pertanda dimulainya rangkaian acara penutupan. Acara dilanjutkan dengan sambutan dan simbolis penutupan oleh ketua pelaksana Wiswakharman Expo 2024 dan perwakilan akademisi Program Studi Arsitektur Universitas Gadjah Mada. Puncak dari acara penutupan Wiswakharman Expo 2024 ialah penampilan orchestral theater oleh Astagala yang diiringi lantunan nada indah dari Gadjah Mada Chamber Orchestra dan Paduan Suara Mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Selaras dengan tagline Wiswakharman Expo 2024, yaitu “Beyond the Boundaries”, orchestral theater ini bercerita mengenai kehidupan dua manusia yang jenuh dengan kesehariannya dan ingin keluar dari ‘batas’ yang dapat diartikan sebagai zona nyaman mereka.
Data dan tulisan oleh Sabrina Kaela Maharani
Dokumentasi oleh Rizki Nurhidayat
Tim Liputan (Sabrina Kaela Maharani, Rizki Nurhidayat, dan Nasywa Auliani Susanto)