11 P Kebut Infrastruktur KTT G20

“Recover Together, Recover Stronger”—begitulah tema yang diangkat pada gelaran KTT G20 tahun 2022 ini. Dengan mengajak seluruh dunia untuk berdiri bersama, saling bahu-membahu, diharapkan semua komponen dapat pulih dan bangkit di tengah meningkatnya tantangan.

Sebagai tuan rumah dalam penyelenggaraan forum internasional bergengsi ini, Indonesia mesti memperlihatkan kesiapannya dalam mengatasi isu prioritas saat ini, yakni pandemi. Dengan melakukan pembenahan pada berbagai sisi, salah satunya infrastruktur, diharapkan Indonesia dapat menunjukkan keberhasilannya mengatasi masa krisis akibat pandemi Covid-19.

G20 Menyapa Nusantara

Forum kerja sama multilateral yang diikuti oleh 19 negara utama dan Uni Eropa—dari negara maju juga berkembang—merupakan inti sari pelaksanaan G20. Pada periode ini, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT G20 yang resmi mulai tanggal 31 Desember 2021 hingga serah terima presidensi berikutnya pada akhir tahun 2022. Diperkirakan akan ada 150 rangkaian pertemuan KTT G20 yang akan digelar di berbagai kota di Indonesia, seperti Jakarta, Labuan Bajo, dan Manado. Puncak dari seluruh rangkaian acara akan diselenggarakan di Pulau Dewata.

Lantas, apa saja isu yang dibahas? Terdapat dua arus isu yang menjadi bahasan utama dalam pertemuan multilateral ini, yaitu Finance Track yang fokus pada isu keuangan dan Sherpa Track, yakni bidang yang lebih luas, seperti pertanian, pendidikan, dan budaya. Selain itu, KTT G20 juga berperan pada isu perubahan iklim—sejalan dengan forum COP26 yang sebelumnya telah dilaksanakan pada 1–2 November 2022.

Karena KTT G20 tidak memiliki pemimpin tetap, koordinasi terkait pelaksanaannya dipegang oleh Troika. Kata troika berasal dari Bahasa Rusia yang artinya tiga serangkai. Maksud dari unsur troika dalam G20 adalah penyelenggaraan acara dipimpin oleh tiga serangkai yang terdiri dari negara presidensi berjalan, negara presidensi sebelumnya, serta negara presidensi berikutnya. Pada tahun 2022 ini, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah penyelenggaraan dengan Italia sebagai presidensi sebelumnya, serta India sebagai kandidat presidensi berikutnya.

Forum Internasional G20 merupakan hal yang penting karena menjadi representasi lebih dari 2/3 penduduk dunia, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. Oleh karena itu, adanya pertemuan ini akan memberikan dampak besar secara global.

Apakah Memberi Dampak bagi Negara Indonesia?

Penyelenggaraan pertemuan multilateral ini akan menciptakan kontribusi USD 533 juta atau sekitar Rp7,4 triliun kepada PDB Indonesia. Selain itu, dari segi pariwisata juga akan terjadi peningkatan wisatawan mancanegara hingga 1,8–3,6 juta orang akibat pelaksanaannya. Tidak hanya itu, sekitar 600–700 ribu lapangan kerja baru juga akan terbentuk. Investasi pada UMKM akan menjadi salah satu dampak adanya KTT G20. Hal ini terjadi mengingat negara G20 merupakan 80% investor global saat ini.

Dalam rangka menyambut tamu besar perwakilan negara KTT G20, Indonesia lantas membenahi berbagai infrastruktur penunjang gelaran acara. Mulai dari renovasi hingga penataan kawasan dan pembangunan infrastruktur sebagai fasilitas pendukung sedang kebut dilaksanakan. Persiapan ini menjadi langkah Pemerintah untuk memberikan citra terbaik di depan delegasi negara lain nantinya. Indonesia harus mendapat pengakuan, bahwa negara ini dapat menjadi representasi dari negara berkembang yang ada.

Oleh karena itu, dana yang tidak sedikit akan dikucurkan dalam pengadaan fasilitas dan pembangunan tersebut. Penataan kawasan konservasi mangrove, preservasi jalan dan jembatan, pembangunan Embung Sanur, rehabilitasi Waduk Muara, serta pengadaan fasi-litas lain seperti hotel, mobil listrik, dan layanan 5G merupakan bentuk keseriusan Indonesia untuk

memperlihatkan keberhasilannya dalam memimpin KTT periode ini.

Untuk mengetahui seberapa besar persiapan infrastruktur penunjang gelaran KTT G20 di Pulau Bali, Clapeyron berkesempatan mewawancarai Kepala BWS Bali-Penida dan Project Manager PT Brantas Abipraya untuk proyek pembangunan Embung Sanur dan Rehabilitasi Waduk Muara. Selain itu, Clapeyron juga mewawancarai PT Waskita Karya (Persero) Tbk. untuk proyek konservasi mangrove Tahura Ngurah Rai dan preservasi jalan-jembatan.

Penataan Kawasan Konservasi Hutan Mangrove

Keberadaan hutan mangrove merupakan hal yang penting karena menjadi pelindung daratan dari abrasi serta mencegah terjadinya penurunan muka tanah. Selain itu, hutan mangrove juga dapat menyerap karbon 3–5 kali lebih banyak dari hutan tropis yang luasnya sama.

Karena pentingnya keberadaan mangrove, Pemerintah Indonesia menjadikannya sebagai salah satu upaya dalam mitigasi perubahan iklim. Komitmen tersebut akan ditunjukkan melalui salah satu rangkaian acara KTT G20, yaitu kunjungan para pemimpin delegasi ke hutan mangrove Tahura Ngurah Rai.

Lantas, upaya restorasi hutan mangrove sedang dipersiapkan dan diperkirakan akan selesai pada bulan September 2022. Pentingkah hal ini dilakukan?

Tentu saja penting. Ibarat menebar jaring, tidak mungkin tanpa umpan. Untuk itu, pembenahan dilakukan agar Indonesia dapat menunjukkan image baik di hadapan delegasi negara KTT G20.

Kawasan hutan mangrove Tahura Ngurah Rai akan dilengkapi area parkir, pos jaga, serta gazebo. Area parkir akan dibuat dengan menggunakan perkerasan fleksibel dengan spesifikasi seperti pengaspalan pada umumnya.

Selain area parkir, revitalisasi juga dilakukan pada akses jalan menuju Tahura yang akan akan diperlebar menjadi 6–8 meter. Sistem drainase jalan dan kawasan parkir diatur sehingga pembuangan air diarahkan menuju kawasan mangrove. Jalan juga dilengkapi dengan gorong-gorong yang bersimpangan dengan arah mangrove.

Pada area mangrove, terdapat balai persemaian yang digunakan sebagai tempat pembibitan mangrove. Rencananya, area persemaian akan dipindahkan guna melakukan penataan pada area Tahura.

Hal yang tak kalah penting dari penataan kawasan mangrove ini adalah desain yang digunakan. Untuk menambah unsur estetikanya, desain pada bangunan akan mengadaptasi unsur-unsur kesenian dan budaya Bali.

Preservasi Jalan dan Jembatan Sekitar Area Penyelenggaraan

Setibanya di Indonesia, delegasi negara G20 akan dibawa dari Bandara Ngurah Rai menuju Hotel Kempinski melalui Tol Bali Mandara. Salah satu infrastruktur yang dipersiapkan dalam menunjang konsep ini adalah rehabilitasi dan preservasi pada jalan dan jembatan di sekitar area yang akan dilalui tamu kenegaraan.

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. dalam hal ini memegang proyek preservasi jalan dan Jembatan Sp. Pesanggaran–Nusa Dua, penataan lanskap bundaran, pedestrian dan median ruas Jalan Ngurah Rai, peningkatan Jalan Simpang Siligita–Kempinski, serta penataan showcase mangrove.

Pekerjaan preservasi yang dilakukan antara lain pengaspalan, pembuatan drainase, pemasangan dan pembongkaran paving pada trotoar, serta pemasangan kansteen pada beberapa lokasi. Pada lokasi Bundaran I Gusti Ngurah Rai, dilakukan penanaman 60 pohon tabebuya kuning dan 27 pohon kamboja di median Jalan Sp. Ngurah Rai–Jimbaran. Selain itu, dilakukan pekerjaan mortar sambungan u-ditch di Siligita–Kempinski.

Salah satu hal yang menarik perhatian adalah penggunaan jenis aspal sekitar lokasi penginapan. Dalam pembuatannya, aspal mengadopsi konsep go green dengan proses pencampuran material perkerasan menggunakan bahan plastik. Proses pembuatannya mirip dengan aspal konvensional, hanya saja pada saat proses mixing, plastik ditambahkan ke dalam campuran.

Penambahan kadar plastik yang sesuai tidak mengurangi kekuatan aspal, malah akan mengurangi jumlah aspal yang digunakan. Pada pembuatan perkerasan fleksibel konvensional, kadar aspal yang digunakan adalah 5%, sedangkan apabila di-mixing dengan material plastik, kadar aspal yang diperlukan berkurang menjadi 3%.

Namun, tidak semua jenis aspal dapat diaplikasikan pada konsep aspal ramah lingkungan ini. Oleh karena itu, pembuatan aspal plastik di Bali ini akan menjadi suatu upaya percontohan. Apabila berhasil, kemungkinan akan diterapkan juga di daerah-daerah lainnya.

Pembangunan Embung Sanur yang Dipercepat

Pembangunan Embung Sanur merupakan salah satu proyek yang sudah direncanakan sejak lama. Sebagai upaya penyempurnaan dan penataan terhadap kawasan sekitar mangrove Tahura, pelaksanaan proyek konstruksi embung kemudian dipercepat.

Pada awalnya, pembangunan Embung Sanur dilakukan sebagai upaya pengendali banjir di kawasan Sanur. Tidak hanya itu, keberadaan Embung Sanur juga diharapkan dapat memberikan fungsi rekreasi bagi wisatawan di Pulau Bali pada umumnya.

Pada tahun 2021, pembangunan Tahap 1 pada Embung Sanur telah dilakukan. Pemba-

ngunan ini menelan biaya mencapai Rp20 miliar dengan item pekerjaan berupa perkuatan tanggul menggunakan material CCSP. Kawasan Embung Sanur akan dilengkapi dengan fasilitas jogging track, plaza, jembatan penghubung, taman, serta area parkir. Penambahan fasilitas tersebut bertujuan untuk menunjang fungsi rekreasi dari embung.

Selain itu, komponen lain pada pembangunan Embung Sanur adalah pengadaan pompa penguras, pembuatan pos jaga, pembangunan gudang, kantor, rumah alat berat, toilet, dan tembok keliling, serta pekerjaan tempat suci. Pembuatan tembok di sekeliling embung akan menggunakan bata ekspos serta tidak lupa memberikan sentuhan kesenian dan budaya Bali.

Untuk menjalankan fungsinya sebagai pengendali banjir, embung dilengkapi dengan 2 unit pompa berkapasitas 1.500 liter/s. Dengan kapasitas tersebut, saat terjadi banjir, air yang semula tertangani embung selama kurang lebih 5–6 jam dapat direduksi menjadi 1 jam saja.

Eka Nugraha Abdi, Kepala BWS Bali-Penida menyampaikan bahwa efektivitas Embung Sanur belum dapat dicek karena masih belum beroperasi. Akan tetapi, sesuai dengan desain dan perhitungan yang dilakukan, ditambah dengan keberadaan pompa, seharusnya embung dapat mereduksi banjir dengan efektif.

Karena keterbatasan lahan yang ada, tidak dapat dilakukan perbesaran tampungan embung. Oleh karena itu, pengadaan pompa dilakukan untuk mengatasi permasalahan lahan tersebut. Pompa bekerja berdasarkan konsep water level control. Penentuan elevasi muka air banjir akan dilakukan berdasarkan tinggi muka air normal di bendung. Jika air sudah mencapai batas elevasi, pompa akan bekerja otomatis untuk mereduksi air.

Rehabilitasi Waduk Muara Nusa Dua

Waduk Muara menjadi salah satu topik yang diperbincangkan sehubungan dengan rehabilitasi infrastruktur penunjang gelaran KTT G20. Sebenarnya, proses perbaikan pada waduk sudah direncanakan dari jauh hari, tetapi baru mulai dikerjakan pada 2019 setelah memperoleh izin dari Kementerian Lingkungan Hidup. Adanya penyelenggaraan KTT G20 menjadi momentum yang tepat dalam percepatan pelaksanaan rehabilitasi Waduk Muara.

Waduk yang sudah berdiri semenjak 1996 ini dilengkapi dengan keberadaan dua zona utama, yaitu pengendapan seluas 35 hektare dan pemanfaatan seluas 30 hektare. Tinggi waduk hanya mencapai 2,8 meter sehingga penyebutan nama “waduk” sebenarnya kurang tepat dari segi struktur karena batas tinggi waduk umumnya adalah 10 meter. Selain itu, dari segi tampungan, waduk ini hanya dapat menampung air hingga 750.000 m3. Nilai ini masih kurang jika mengacu pada syarat tampungan waduk pada umumnya.

“Waduk Muara merupakan waduk multifungsi. Selain sebagai pengendali banjir, waduk ini juga difungsikan sebagai penghasil air baku, pembangkit listrik, pengendali sampah dan sedimen, serta sebagai salah satu objek rekreasi di Pulau Dewata. Selain itu, waduk ini merupakan objek krusial dalam menunjang konservasi mangrove di Tahura Ngurah Rai,” ungkap Eka Nugraha Abdi, Kepala BWS Bali-Penida melalui wawancara langsung dengan Clapeyron.

Waduk Muara dilengkapi dengan trash rack dan bar screen yang melintang selebar areanya. Bar screen berfungsi untuk menghadang sampah yang melintas agar tidak masuk ke zona pemanfaatan. Setelah dihadang, sampah diangkat menggunakan trash rack yang nantinya akan dibawa ke tempat penampungan sampah. Apabila terdapat sampah yang lolos dari bar screen, petugas operasional akan mengambil sampah menggunakan perahu.

Untuk mengatur elevasinya, Waduk Muara dilengkapi dengan bendung karet pneumatik. Prinsipnya adalah bendung dipompa hingga dapat menahan air yang lewat. Apabila air akan dialirkan, karet akan dikempiskan.

Akan tetapi, penggunaan bendung karet memiliki kelemahan dalam menahan material berat dan tajam. Apabila terdapat batang kayu atau balok yang lewat, bendung karet berpotensi untuk pecah. Begitulah yang terjadi pada Waduk Muara sebelum direhabilitasi.

Indonesia Siap Membuktikan Kesuksesannya

Sebagai presidensi G20, Indonesia harus memanfaatkan momentum ini sebaik mungkin. Bagaimana tidak, momentum presidensi ini hanya terjadi satu kali setiap generasi (lebih dari 20 tahun sekali). Momen ini juga memberi kesempatan Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinannya di kancah internasional dan menjadi salah satu fokus perhatian dunia. Indonesia dapat memperkenalkan pariwisata dan produk unggulannya kepada dunia internasional sehingga diharapkan dapat menjadi sarana penggerak ekonomi negara.

Kesuksesan penyelenggaraan KTT G20 juga dapat diperlihatkan dengan kesanggupan Indonesia menggarap infrastruktur penunjang gelaran acara. Oleh karena itu, percepatan pembangunan, khususnya pada lokasi penyelenggaraan acara, sangat penting dilakukan—mengingat Indonesia mesti memperlihatkan citra terbaik di hadapan delegasi negara lain.

MELLY CIPTAYUNI