Beberapa tahun terakhir, Labuan Bajo menjadi sorotan publik. Tak elak, hal ini sangat berkaitan dengan fakta bahwa Labuan Bajo memiliki destinasi wisata yang sangat memesona. Dari pantai, bukit, laut, hingga padang rumput yang memiliki keindahan dan keunikannya masing-masing. Dengan banyaknya potensi alam ataupun budaya yang ada, Pemerintah dengan cepat melakukan penataan dan pengembangan KSPN Labuan Bajo secara masif.
Tak perlu diragukan lagi, keindahan alam Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah menjadi daya tarik tersendiri baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Gugusan pulau yang eksotis, pemandangan bukit yang memukau nan asri, perairan yang jernih dan menakjubkan, serta budaya dan kearifan lokal yang menarik menjadi pesona khas yang sangat kental.
Labuan Bajo juga dikenal sebagai kota pariwisata yang merupakan pintu gerbang bagian barat memasuki pesona wisata Pulau Flores. Baru-baru ini, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian PUPR sedang melakukan penataan dan pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas Labuan Bajo dengan dana sampai Rp1,3 triliun.
Alasan Kuat dan Urgensi Pengembangan KSPN Labuan Bajo
Awal mulanya ialah ketika waktu pertama kali Labuan Bajo ditetapkan sebagai satu di antara sepuluh Bali Baru pada tahun 2016. Selanjutnya, penetapan Labuan Bajo Flores sebagai salah satu dari lima Destinasi Super Prioritas (DSP) di Indonesia pada akhir 2019 menjadi pengukuh alasan mengapa Pemerintah melakukan penataan serta pengembangan KSPN Labuan Bajo.
Adanya side event Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dan event Asean Summit 2023 di Tana Mori dapat menjadi batu pijakan dalam pengembangan sekitar kawasan Labuan Bajo. Penataan dan pengembangan ini juga dilakukan dalam rangka untuk membuat Labuan Bajo menjadi tempat yang dapat menyelenggarakan event berstandar meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) internasional karena sebelumnya Labuan Bajo cuma menjadi tempat transit.
Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Shana Fatina, mengemukakan bahwa untuk jangka panjang, pariwisata Labuan Bajo akan dikembangkan dengan konsep pariwisata berkelanjutan, berkualitas, dan berkeadilan.
Hal ini karena Labuan Bajo adalah pintu masuk Situs Warisan Dunia TNK dan mencakup juga Kawasan Manggarai Barat. Selain itu, Labuan Bajo diharapkan dapat menjadi salah satu solusi permasalahan ekonomi NTT. Oleh karena itu, diharapkan nanti yang awalnya NTT merupakan provinsi termiskin ke-3 se-Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi.
Pengembangan Kawasan Waterfront City
Pada tahun 2020 lalu, telah dibuat dokumen acuan suatu pola pergerakan wisata dalam Labuan Bajo sehingga didapat zona-zona yang paling sering dikunjungi wisatawan. Terdapat lima zona pengembangan yang nantinya akan dikembangkan jadi Waterfront City Labuan Bajo sepanjang 4,5 kilometer.
Zona A ialah pembangunan area pejalan kaki (promenade) di Bukit Pramuka. Zona B adalah penataan ruang-ruang terbuka dengan tema Tangga Bajo di Kampung Air. Zona C merupakan pusat informasi wisata, food court untuk wisatawan, ruang terminal penumpang, kantor kesyahbandaran, ruang serba guna, ruang tunggu, monumen berbentuk penjuru mata angin, elemen hardscape batu alam, dan landscape berupa rumput budi daya lokal.
Gedung yang dibangun juga berbentuk unik seperti tribun tangga—di sini para wisatawan dapat berfoto dengan latar belakang laut dan gugusan pulau yang indah. Sementara itu, Zona D ialah area komersial yang berada di Pantai Marina dan merupakan tempat tourist information center berada. Terakhir, Zona E yaitu pembangunan promenade area kuliner dengan struktur kantilever di Kampung Ujung.
Ada beberapa fakta unik mengenai penataan dan pengembangan kawasan Waterfront City Labuan Bajo. Salah satunya adalah pembangunan Puncak Waringin yang dahulunya merupakan bekas hotel terbakar dan tidak terpakai. Padahal, tempat tersebut merupakan spot terbaik untuk melihat sunset sehingga dibangun panoramic deck dan creative hub yang dapat menjadi pusat ekosistem kreatif baru.
Lalu, bagian luar dan depan Goa Batu Cermin dikembangkan dan ditata sebagai wisata ekogeologi Labuan Bajo. Pengembangannya hanya dilakukan di luar saja karena pesona pemandangan di bagian dalam Goa Batu Cermin sudah sangat elok dan memukau. Dinding Goa Batu Cermin dapat menampilkan pantulan sinar matahari yang sangat menakjubkan dan juga beberapa fosil koral, kura-kura, dan penyu yang menghiasi dinding gua.
“Waterfront ini dirancang supaya masyarakat mempunyai ruang publik yang cukup luas dan nyaman,” jelas Shana. “Diharapkan juga, nantinya wisatawan akan mendapat satu pengalaman berkesan ketika berkunjung ke Labuan Bajo,” tambah Shana.
Pembangunan Waterfront City menjadi bukti nyata kesiapan pariwisata yang lebih baik di Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas. Tak hanya untuk memikat wisatawan, pembangunan ini juga diharapkan dapat memberikan ruang bebas bagi masyarakat lokal.
Peran Konektivitas dalam Mendukung Pengembangan KSPN
Konektivitas memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pengembangan KSPN Labuan Bajo. Hal utama yang harus dilakukan ialah melakukan eskalasi konektivitas distribusi logistik dan transportasi. Pembangunan Terminal Wae Kelambu menjadi solusi yang dibangun dengan tujuan untuk memperkuat konektivitas maritim dan menopang kelancaran arus logistik di Provinsi NTT, terutama di Kota Labuan Bajo.
Selain itu, dengan kehadiran pembangunan terminal tersebut, kegiatan logistik dan angkutan penumpang yang sebelumnya tercampur di pelabuhan terdahulu dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, pelabuhan di tengah Kota Labuan Bajo bisa difokuskan untuk angkutan penumpang sehingga dapat mendukung pengembangan KSPN secara penuh.
Di sisi lain, peningkatan konektivitas transportasi langit dilakukan dengan pembangunan dan perluasan Bandar Udara Komodo. Proyek ini meliputi perpanjangan runway dari 2.450 meter menjadi 2.650 meter, penataan interior dan ekstensi terminal penumpang, hingga pemotongan obstacle runway TH 17.
Harapannya, proyek-proyek tersebut dapat berdampak positif bagi peningkatan konektivitas transportasi sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi serta pengembangan KSPN Labuan Bajo ke depannya.
Tana Mori sebagai Leader Meeting Asean Summit 2023
Tana Mori merupakan kawasan pariwisata yang berada di Golo Mori, ujung terluar arah selatan Kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat. Golo Mori memiliki keindahan alam yang memukau. Terdapat hamparan perbukitan diselimuti padang sabana serta lembah dataran yang menjadi tempat tinggal gerombolan kerbau liar.
Dipilihnya Tana Mori sebagai tempat Leader Meeting Asean Summit lantaran dilatarbelakangi oleh pendistribusian kepadatan di Kota Labuan Bajo yang makin hari makin ramai.
Pembangunan kawasan Tana Mori dikelola oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), termasuk aspek 3A yang akan diterapkan. Aspek 3A yang dimaksud ialah aspek atraksi, amenitas, dan aksesibilitas yang mana ketiga aspek tersebut merupakan persyaratan minimal bagi pengembangan sebuah destinasi wisata. Rencananya, pendistribusian akan dilakukan melalui akses jalur selatan yang telah dibangun oleh Kementerian PUPR.
Salah satu yang menjadi perhatian penting ialah pembangunan ini tidak boleh hanya berfokus pada kawasan yang akan dikembangkan, tetapi juga akses sepanjang jalan menuju Tana Mori. Dalam kata lain, jika ada distribusi keramaian di antara Labuan Bajo dan Tana Mori, bisa terdapat aktivitas, lapangan pekerjaan, usaha, bahkan wisata baru sepanjang akses jalan yang dilalui.
Akan tetapi, yang menjadi kendala ialah sebanyak kurang lebih 70% masyarakat Labuan Bajo bekerja di sektor primer, seperti nelayan, petani, dan peternak. Oleh karena itu, diperlukan terobosan baru agar jumlah masyarakat yang bekerja dan ikut andil dalam pengembangan pariwisata meningkat.
Ihwal Penerapan Green Tourism dan Wisata Berkelanjutan
Konsep green tourism ada sebagai paradigma baru dalam pengembangan pariwisata dunia masa depan. Hingga saat ini, sebagian besar pembangunan kepariwisataan hanya berorientasi pada peningkatan kuantitas dan kualitas tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan sekitar destinasi wisata.
Seharusnya konsep berwisata masa depan tidak hanya sekadar untuk menikmati keindahan alam semata, tetapi juga bagaimana berwisata dapat memberikan upaya pelestarian lingkungan dan berkelanjutan .
Hal inilah yang sedang diupayakan oleh Pemerintah dalam pengembangan kawasan wisata di Labuan Bajo. Terdapat beberapa langkah yang dilakukan oleh Pemerintah, yaitu yang pertama ialah perlindungan keanekaragaman hayati. Pulau Flores merupakan key biodiversity area (KBA) di Nusa Tenggara yang di dalamnya terdapat berbagai spesies hewan yang terancam punah, seperti komodo, elang flores, dan gagak flores.
Yang kedua ialah pembangunan infrastruktur yang menjaga ekologi. Setiap pembangunan harus bisa melihat dan memberikan ruang terhadap keanekaragaman hayati, darat, laut, dan udara. Yang ketiga ialah penataan ruang yang tepat. Terdapat plotting area yang boleh dan tidak boleh dibangun diatur dalam aturan 5W. Kode Zona W1 merupakan zona yang tidak boleh dibangun, Zona W2 merupakan zona yang hanya boleh dibangun gazebo, dan Zona W3–W5 merupakan zona komersial.
Yang ketiga ialah kemampuan daya dukung air. Penyediaan air bersih harus optimal dalam menunjang wisata yang memiliki konsep kehijauan dan berkelanjutan. Yang terakhir ialah efisiensi emisi karbon. Dalam mencapai target sebagai destinasi wisata rendah karbon, Labuan Bajo direncanakan menggunakan energi baru terbarukan (EBT) untuk mengganti suplai energi konvensional.
Perlu disadari bahwasanya kita sebagai penerus bangsa memiliki tugas untuk menjaga ekosistem di Labuan Bajo agar dapat terjamin kelestarian serta keberlanjutannya. Selain itu, semestinya kita sudah mulai mengeksplor keberagaman budaya dan kearifan lokal yang ada di Labuan Bajo. Kedua hal tersebut merupakan konten pariwisata luar biasa yang patutnya menjadi perhatian lebih.
Maka dari itu, ke depannya diharapkan bahwa sektor pariwisata di Labuan Bajo dapat membuka banyak peluang, lapangan pekerjaan, serta sektor-sektor baru yang dapat dimanfaatkan untuk menyejahterakan masyarakat.
Pengembangan dan penataan KSPN Labuan Bajo ini bisa menjadi aset sekaligus warisan untuk menunjukkan bahwa Indonesia juga punya destinasi wisata berkelanjutan kelas dunia yang membanggakan. Selain itu, Labuan Bajo pada masa depan didambakan dapat menjadi media untuk membangun persaudaraan dan kebersamaan internasional.
ALKANSA JESIRO SYAM