Padatnya lalu lintas distribusi barang di Terminal Peti Kemas Makassar menjadi latar belakang pembangunan Makassar New Port. Lewat pelabuhan ini, nantinya kegiatan ekspor-impor secara langsung dapat dilakukan demi meningkatkan arus perdagangan Kawasan Timur Indonesia.
Pelabuhan Makassar atau sering dikenal dengan nama Pelabuhan Soekarno-Hatta merupakan salah satu pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia yang memiliki terminal peti kemas. Letak Kota Makassar yang berada di tengah NKRI dan dilalui oleh Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI-II) menjadikan Pelabuhan Makassar potensial untuk dijadikan pelabuhan utama.
Menurut Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Makassar Tahun 2020, terus terjadi peningkatan arus peti kemas di Terminal Hatta (Terminal Peti Kemas Makassar). Jumlah arus peti kemas pada tahun 2008 adalah sebesar 353.246 twenty foot equivalent units (TEUs) dan meningkat hingga tahun 2014 sebesar 562.046 TEUs. Angka ini diproyeksikan akan terus meningkat dan melebihi kapasitas terpasang Terminal Hatta sekitar 700.000 TEUs.
Arus peti kemas di Terminal Hatta yang terus meningkat dan terbatasnya lapangan penumpukan peti kemas mengharuskan perlu dilakukannya pengembangan pelabuhan. Akan tetapi, kondisi daerah sekitar pelabuhan yang berbatasan langsung dengan perkotaan tidak memungkinkan untuk dilakukan pengembangan ke arah daratan. Maka dari itu, dilakukan pengembangan terminal di lokasi baru yang dinamakan Makassar New Port.
Makassar New Port
Wacana pengembangan Pelabuhan Makassar dengan pembangunan Makassar New Port sebenarnya sudah ada sejak RIP Makassar Tahun 2013. Akan tetapi, pembangunannya baru mulai dilakukan pada tahun 2015 setelah Presiden Joko Widodo meresmikan Makassar New Port sebagai Proyek Strategis Nasional.
Makassar New Port yang diproyeksikan akan menjadi pelabuhan terbesar di Kawasan Timur Indonesia ini dibangun di atas lahan reklamasi seluas 1.428 hektare. Pembangunannya dilakukan dalam dua tahap—Tahap 1 fokus pada pembangunan Makassar New Port sebagai terminal multipurpose dan Tahap 2 fokus pada pembangunan terminal ultimate. Pengerjaan Tahap 1 terbagi atas Tahap A, B, C, dan D.
Progres pembangunan Makassar New Port Tahap 1A meliputi pengerjaan dermaga sepanjang 320 meter juga lapangan penumpukan seluas 16 hektare yang sudah mencapai 100% dan telah beroperasi sejak November 2018. Pembangunan Tahap 1B dan 1C yang masih berpusat pada pengerjaan dermaga dan lapangan penumpukan telah mencapai progres 87,84% per 6 Juni 2022. Sementara itu, pembangunan Tahap 1D meliputi pengerjaan penyiapan lahan reklamasi untuk terminal multipurpose Makassar New Port.
Pengerjaan lahan reklamasi dilakukan dengan menggunakan pasir laut yang memenuhi spesifikasi tertentu. Struktur dermaga yang dibangun di atas lahan ini merupakan tipe deck on pile dengan menggunakan struktur fondasi bore pile dan secant pile. Secant pile dipasang di bagian depan lahan reklamasi dan berfungsi sebagai dinding penahan tanah. Selain itu pula, dibangun struktur pelindung pantai berupa tumpukan batu (rubble mount) yang dibangun dengan menyusun batu ukuran tertentu pada kemiringan yang sudah ditetapkan.
Pembangunan Makassar New Port sudah menerapkan konsep green port yang berwawasan lingkungan. Pelaksanaan reklamasi dilakukan dengan penambangan pasir laut di tempat yang berspesifikasi dan diangkut menggunakan kapal trailing suction hopper dredger (THSD). Di lokasi proyek sendiri dipasang silt curtain yang berfungsi untuk mitigasi pencemaran air ataupun biota laut akibat material proyek.
Dari segi operasional, konsep green port berusaha diterapkan pada elektrifikasi alat bongkar muat peti kemas, yaitu container crane (CC) dan rubber tyred gantry crane (RTG). Akan tetapi, kebutuhan energi listrik dari alat ini masih terpusat pada pasokan listrik PLN yang saat ini belum seluruhnya berasal dari energi baru terbarukan sehingga konsep green port belum sepenuhnya berlaku.
Konsep smart port juga nantinya akan diterapkan di Makassar New Port. Konsep ini akan diterapkan mulai dari pengecekan kelayakan kapal, pendataan kendaraan pengangkut, hingga layanan kepelabuhanan. Dari sisi kendaraan angkut, nantinya truk akan didaftar terlebih dahulu untuk mendapat barcode. Barcode ini nantinya akan dideteksi oleh gerbang otomatis sehingga tidak sembarang kendaraan dapat masuk ke terminal peti kemas.
Ke depannya, pemilik barang juga dapat memilih sendiri kendaraan yang akan mengangkut barangnya dari atau menuju terminal. Dari sisi kepelabuhanan, akan dibentuk situs satu pintu untuk berbagai layanan, seperti bea cukai, imigrasi, karantina kesehatan, dan karantina ikan. Hal ini tentu meningkatkan efisiensi pengiriman barang karena pemilik kapal hanya perlu memasukkan data satu kali saja untuk semua layanan kepelabuhanan.
Pembangunan yang sebagian besar berada di lahan reklamasi serta pengiriman material proyek lewat jalur laut meminimalisasi terjadinya isu sosial berkelanjutan pada proyek Makassar New Port. Makassar New Port juga mendapat respons positif dari masyarakat sekitar karena dapat membuka lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Terintegrasi dengan Jalur Kereta Api dan Jalan Tol
Selain membangun bagian utama pelabuhan, proyek Makassar New Port juga akan dilewati jalur kereta api Makassar–Parepare serta jalan akses tol. Terintegrasinya Makassar New Port dengan jalur kereta api dan jalan tol memberikan kemudahan bagi para pelaku usaha di Sulawesi untuk melakukan pengiriman barang.
Menurut informasi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), jalan tol akses Makassar New Port sendiri per tanggal 6 Juni 2022 telah mencapai progres pembangunan 4,10%, meliputi pekerjaan persiapan dan pembuatan fondasi. Kondisi daerah sekitar jalan eksisting yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pelebaran jalan menjadi salah satu pemicu dibangunnya jalan ini. Dengan adanya jalan akses tol, truk-truk pembawa kontainer dari dan menuju pelabuhan tidak akan menambah volume kendaraan yang melintasi jalan eksisting sehingga dapat meminimalisasi kepadatan dan kerusakan jalan eksisting.
Kereta api Makassar–Parepare merupakan bagian dari kereta api Trans-Sulawesi yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) guna meningkatkan konektivitas kota-kota di Sulawesi. Angkutan rencana pada kereta api Makassar–Parepare ini adalah angkutan penumpang dan angkutan barang. Angkutan penumpang sendiri direncanakan akan mulai beroperasi pada bulan Oktober 2022, sementara angkutan barang menuju Makassar New Port ditargetkan akan selesai pada tahun 2023.
Kereta api Makassar–Parepare akan mengangkut semen hasil produksi dari pabrik semen di Tonasa dan Bosowa. Selain itu, kereta juga akan mengangkut hasil pertanian dari Sulawesi. Nantinya, aktivitas bongkar muat barang di kereta api akan dilakukan di area Makassar New Port Tahap 1. Hal ini menandakan terintegrasinya pelabuhan dengan jalur kereta api sehingga berdampak positif bagi pengiriman barang di Kawasan Timur Indonesia.
Jalur Baru Ekspor Impor
Sebagai pelabuhan yang berada di ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah penduduk sekitar 9 juta jiwa—1,5 juta jiwa di antaranya hidup di Makassar—banyak industri lokal yang didukung dengan keberadaan Makassar New Port. Industri tersebut memiliki komoditas utama seperti tepung terigu, beras, semen, hasil laut, biji kakao, gula, dan beragam hasil bumi lainnya.
Selain mendukung industri lokal, Makassar New Port nantinya juga akan menjadi infrastruktur pendukung kawasan industri. Kawasan Industri Makassar (KIMA) yang berjarak ±14 kilometer dari pelabuhan nantinya akan terintegrasi dengan Makassar New Port lewat jalan akses tol. Nantinya, truk pengangkut kontainer berisi barang ekspor dari KIMA dapat mengantar barang secara langsung menuju Makassar New Port tanpa transit vice versa.
Perindustrian tidak lepas dari kegiatan ekspor-impor. Apabila dahulu kegiatan ekspor-impor dari Kawasan Timur Indonesia harus melewati pelabuhan utama di Pulau Jawa, dengan keberadaan Makassar New Port, kegiatan ekspor-impor bisa dilakukan secara langsung (direct).
Saat ini, Makassar New Port melayani pengiriman peti kemas secara langsung ataupun transit. Ekspor peti kemas secara langsung dilakukan melalui kapal direct call ke Tiongkok oleh PT SITC Indonesia. Sementara itu, peti kemas ekspor dengan status transit di Makassar New Port dikirim menuju Pelabuhan Tanjung Priok ataupun Pelabuhan Tanjung Perak untuk selanjutnya dimuat oleh kapal Ocean Going.
Pada sisi impor secara langsung (tanpa transit), tiap bulannya hanya satu kapal angkutan impor yang bersandar di Pelabuhan Makassar secara keseluruhan. Angkutan ini biasanya datang dari India, Australia, dan Tiongkok secara bergantian setiap bulannya.
Pemilihan lokasi bongkar muat antara Terminal Peti Kemas Hatta dan Makassar New Port sendiri diserahkan kepada pemilik kapal sebab hingga saat ini, tarif bongkar muat peti kemas di kedua terminal tersebut masih sama. Khusus untuk barang curah, bongkar muat hanya bisa dilakukan di Terminal Hatta mengingat terminal multipurpose Makassar New Port masih dalam tahap pembangunan.
Pengoperasian terminal peti kemas Tahap 1A Makassar New Port menunjukkan tren baik dalam jumlah pelayanan bongkar muat peti kemas. Pada tahun 2018 atau ketika awal operasi Makassar New Port, sebanyak 1.261 TEUs peti kemas dilayani. Jumlah ini meningkat setiap tahunnya hingga pada tahun 2021, Makassar New Port melayani 185.914 TEUs peti kemas.
Dari sisi kesibukan bongkar muat, pelabuhan di Makassar secara keseluruhan memang masih jauh tertinggal dari pelabuhan utama lainnya seperti Pelabuhan Tanjung Priok. Jika di Tanjung Priok, jumlah kapal—kapal kontainer, kapal penumpang, kapal rakyat, dll.—bisa mencapai enam ribu per harinya, di Pelabuhan Makassar hanya sekitar empat ratus kapal per bulan. Meski begitu, Muh. Anto Julianto selaku Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Makassar tetap optimis bahwa nantinya Makassar New Port akan sama sibuknya dengan pelabuhan-pelabuhan tersebut, bahkan bisa lebih sibuk.
“Bagaimanapun juga, Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak nanti akan mencapai titik jenuh. Tanjung Priok saja sudah mencapai titik jenuh kemudian dialihkan ke Pelabuhan Patimban sebagai backup. Pun nanti di Makassar akan seperti itu (pelabuhan backup). Maka bila dilihat dari grand design, Makassar New Port nantinya akan ada bagian ultimate yang memuat pabrik, gudang, juga dermaga. Ada optimisme bahwa nantinya di sini (Pelabuhan Makassar) akan besar seperti di Tanjung Priok ataupun Tanjung Perak,” tutur Anto.
Hub Port Kawasan Timur Indonesia
Dalam program Tol Laut yang telah berjalan sejak 2015, Pemerintah menetapkan berbagai pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpan atau konsep hub and spoke. Konsep ini yang mengintegrasikan pelabuhan-pelabuhan Indonesia dalam jaringan pelabuhan. Dengan lokasi sangat strategis pada Center Point of Indonesia, Makassar New Port menjadi salah satu hub port atau pelabuhan penghubung dari jalur kapal-kapal domestik yang menuju dan datang dari Kawasan Timur Indonesia.
Makassar New Port telah terintegrasi dengan berbagai pelabuhan lain di Kawasan Timur Indonesia seperti Ambon, Sorong, Jayapura, Ternate, dan Bitung yang berdampak pada turunnya harga pengiriman barang. Pelabuhan Bitung merupakan international hub port atau pelabuhan pengumpul barang ekspor dan impor untuk meningkatkan arus perdagangan di Kawasan Timur Indonesia. Selain itu pula, pembangunan Ambon New Port sebagai pendukung Provinsi Maluku menjadi lumbung ikan nasional diharapkan dapat mendorong perekonomian di Kawasan Timur Indonesia.
Peran Makassar New Port sebagai pelabuhan utama untuk mengoneksikan wilayah-wilayah yang ada di Kawasan Timur Indonesia didukung dengan fasilitas pelabuhan yang telah memadai. Mulai dari kedalaman alur dan kolam mencapai -16 meter low water spring (LWS), peralatan bongkar muat yang memadai, hingga dermaga yang sudah didesain untuk kapal super post-panamax—salah satu kapal kontainer terbesar.
Selain meningkatkan fasilitas pelabuhan, manajemen pelabuhan juga perlu ditingkatkan. Pada akhir tahun 2021 kemarin, Pelindo sebagai BUMN pelabuhan resmi melakukan merger dari yang sebelumnya terdiri dari empat perusahaan. Merger ini menyebabkan Makassar New Port yang sebelumnya berada di bawah naungan PT Pelindo IV beralih ke subholding Pelindo Terminal Petikemas (Pelindo TPK).
Project Management Officer (PMO) Investasi Regional Head 4 PT Pelindo Arwin menyebut merger Pelindo ini berdampak positif terhadap pembangunan dan operasional, khususnya di Makassar New Port yang secara keseluruhan menunjukkan kinerja yang makin baik.
Hadirnya Makassar New Port membawa harapan baru pada cita-cita Indonesiasentris. Tidak hanya membuka jalur Kawasan Timur Indonesia ke wilayah Indonesia lainnya, tetapi juga membuka jalan untuk ekspor-impor secara langsung ke luar negeri. Pembangunan pelabuhan yang berdasarkan pada konsep green port dan smart port menjadikan Makassar New Port sebagai awal kemajuan pelabuhan-pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia.
MELISA RUTH ANGELICA