Menyorot Logistik Vaksin Covid-19 di Indonesia

Sebagai sebuah produk biologis, vaksin Covid-19 sangat peka terhadap lingkungan fisik di sekitarnya. Keterpaparan cahaya dan kondisi suhu akan sangat berpengaruh terhadap kualitas vaksin. Vaksin harus dalam keadaan terbaiknya sebelum diinjeksikan agar dapat bekerja secara efektif. Oleh karena itu, diperlukan adanya sistem logistik yang dapat mengakomodasi karakteristik vaksin tersebut mulai dari lokasi produksi hingga lokasi vaksinasi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa mewabahnya virus corona berdampak bagi hampir semua sektor kehidupan, terutama pada sektor sosial, ekonomi, dan pendidikan. Ditambah hingga bulan Juli, grafik angka Covid-19 di Indonesia belum melandai. Berangkat dari hal tersebut, sangat diperlukan adanya vaksin yang aman dan efektif untuk membantu memutus mata rantai penyebaran virus corona. Sejauh ini, sudah terdapat berbagai jenis vaksin Covid-19 yang telah dikembangkan dan beberapa lainnya masih dalam tahap uji klinis.  

Seperti yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.0v7/Menkes/12758/2020, telah ditetapkan jenis vaksin Covid-19 yang akan digunakan di Indonesia, yakni vaksin yang diproduksi oleh PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Novavax, Pfizer-BioNTech, dan Sinovac. Di antara berbagai jenis vaksin yang sudah ada, vaksin Sinovac merupakan vaksin perdana yang telah diinjeksikan di Indonesia, kemudian disusul vaksin AstraZeneca. Saat ini, Pemerintah Republik Indonesia telah memulai langkah nyata dalam memutus rantai penyebaran virus corona. Adanya vaksin Covid-19 yang masuk ke Indonesia menjadi harapan baru akan berakhirnya masa pandemi di negeri ini.

Distribusi vaksin merupakan kunci keberhasilan vaksinasi yang akan dilaksanakan untuk seluruh rakyat Indonesia. Distribusi vaksin di Indonesia sendiri telah dimulai sejak awal tahun 2021. Terdapat beberapa pihak yang bertanggung jawab atas distribusi vaksin ini, yaitu Kementerian Kesehatan dan Kementerian BUMN. Kementerian BUMN bertanggung jawab atas pengadaan vaksin, dimulai dengan proses ekspor dari negara-negara produsen vaksin seperti Cina dan Amerika. Sementara itu, Kementerian Kesehatan bertugas di sektor kawasan Indonesia seperti distribusi dan penyimpanan vaksin. 

Kemenkes memercayai PT Bio Farma sebagai eksekutor dalam distribusi dan penyimpanan vaksin. Akan tetapi, PT Bio Farma memiliki kekurangan dalam hal tersebut. Maka dari itu, PT Bio Farma bekerja sama dengan Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) yang dalam hal ini membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam proses distribusi dan penyimpanan vaksin yang sesuai dengan spesifikasi setiap jenis vaksin.

Proses serah terima vaksin sebelum didistribusikan menuju Kabupaten/Kota
Dokumentasi Dinas Kesehatan DI Yogyakarta

Mengenal Rantai Dingin dalam Distribusi Vaksin Covid-19

Fakta bahwa vaksin Covid-19 relatif rentan terhadap suhu berujung pada tantangan baru bagi pemerintah. Diperlukan keseriusan akan rencana rantai dingin bagi distribusi vaksin Covid-19. Lantas, apa itu rantai dingin? Rantai dingin atau biasa disebut temperature-controlled logistics (TCL) merupakan proses logistik dimana suhu produk (vaksin) harus terjaga di kondisi idealnya sehingga kualitasnya tetap terjaga dari awal sampai pelaksanaan vaksinasi.

Ketua Umum ARPI, Hasanuddin Yasni, mengemukakan bahwa dalam pendistribusian vaksin suhu harus dikontrol dan diawasi mulai dari hulu ke hilir. Kontrol dan pengawasan suhu ini tidak boleh terputus sama sekali dan harus termonitor secara digital. Bahkan dalam pelaksanaannya, tempat penyimpanan vaksin terkecil seperti ampul juga harus terkontrol dan terawasi suhunya. Hal ini bertujuan agar vaksin tetap dalam keadaan terbaiknya sebelum diinjeksikan. Kontrol dan pengawasan suhu yang ketat ini juga akan mempermudah dan membuat distribusi vaksin menjadi lebih efektif.

Transportasi: Elemen Fundamental dalam Distribusi Vaksin Covid-19 di Indonesia

Dalam pendistribusian vaksin Covid-19, tentu akan sangat dibutuhkan logistik yang memadai, baik dalam segi kapasitas, biaya, maupun waktu. Moda transportasi sebagai mata rantai penghubung utama tentu sangat berperan dalam suatu sistem logistik. Bila kinerja dari transportasi tidak andal, maka aktivitas dalam distribusi vaksin tentu tidak akan berjalan secara efisien dan efektif.

Reefer truck merupakan salah satu moda transportasi yang sangat berperan dalam pendistribusian vaksin Covid-19 di Indonesia. Akan tetapi, reefer truck yang digunakan dalam distribusi vaksin tidak bisa sembarangan. Dalam hal ini, armada harus sudah terjamin dari segi spesifikasi untuk pendistribusian vaksin, antara lain ketebalan dinding panel, condensing unit, dan pintu yang berkualitas sangat baik. Spesifikasi tersebut bertujuan agar suhu ruang pendingin tetap terjaga dan udara panas dari luar tidak ada yang masuk ke ruang pendingin.

“Sudah ditekankan oleh PT Bio Farma jangan sekali-kali bekerja sama dengan pemain-pemain transportasi yang reefer truck-nya sudah tidak bagus. Sekarang kita punya teknologi bahwa satu reefer truck bisa menyediakan dua jenis suhu, yaitu suhu frozen (-15 sampai -20 derajat celsius) dan suhu chiller (2 sampai 8 derajat celsius). Kemudian ada yang tiga ruangan, yaitu suhu AC (16 sampai 24 derajat celsius),” jelas Hasanuddin kepada awak Clapeyron.

Untuk distribusi vaksin daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T), tidak efektif apabila mengandalkan reefer truck mengingat daerah yang dituju sulit untuk dijangkau. Oleh karena itu, digunakan moda transportasi yang dapat menjangkau daerah 3T seperti sepeda motor. Selain itu, pengangkutan vaksin ke daerah 3T juga dilakukan melalui laut menggunakan kapal dan juga melalui udara menggunakan pesawat. 

Kendala dalam Distribusi Vaksin Covid-19 di Indonesia

Kebijakan vaksinasi Covid-19 yang telah diterapkan kepada masyarakat Indonesia tidaklah mudah. Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi pemerintah, terutama pada proses pendistribusiannya. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki daerah-daerah yang akses transportasinya tidak mudah. Ketidakmudahan akses ini membuat pemerintah perlu bekerja lebih keras untuk menjangkau daerah-daerah tersebut.

Di sisi lain, terdapat permasalahan teknis yang terjadi di lapangan. Permasalahan ini berkaitan dengan armada distribusi yaitu reefer truck. “Biasanya di tingkat kecamatan ketika reefer truck datang tentu akan membutuhkan daya listrik. Tetapi, stopkontak pada tempat tersebut tidak mampu untuk memenuhi daya yang dibutuhkan oleh reefer truck sebesar 4400 watt yang digunakan untuk mengangkut vaksin. Karena jika daya listrik tidak terpenuhi, maka vaksin yang baru saja datang harus dipakai dalam kurun waktu maksimal empat jam,” terang Hasanuddin.

Selain itu, kendala lainnya yang terjadi ialah kurangnya pengalaman sumber daya manusia (SDM) di tempat tujuan vaksin. SDM yang kurang berpengalaman memungkinkan adanya kelalaian saat membuka pintu reefer truck. Hal ini berisiko akan adanya keterpaparan cahaya dan udara panas dari luar masuk ke ruang pendingin. Dari kendala-kendala yang terjadi ini bisa diprediksi ada tingkat kegagalan dari distribusi vaksin sebesar 15% mulai dari tingkat kabupaten sampai kecamatan.

Vaksin dimasukkan ke dalam coolbox oleh petugas yang berjaga
Dokumentasi Dinas Kesehatan DI Yogyakarta

Distribusi Vaksin di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Pendistribusian vaksin di DIY dilakukan dari pusat dan kemudian disalurkan ke Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, demikian juga dengan logistik vaksin. Logistik vaksin ialah bundling vaksin yang terdiri auto disable syringe (ADS), alcohol swab, dan safety box yang merupakan wadah dari jarum suntik yang sudah digunakan. Anna Jovita Kartika Riantari, selaku Kepala Seksi Farmasi, Makanan, Minuman dan Alat Kesehatan Dinkes DIY, menyampaikan bahwa untuk pendistribusian bundling vaksin, Kemenkes akan langsung menyalurkannya ke Dinkes DIY. Sementara itu, untuk pendistribusian vaksin, Kemenkes akan menyalurkannya melalui PT Biofarma. Setelah diterima oleh Dinkes DIY, vaksin akan didistribusikan ke kabupaten/kota di DIY. Masing-masing kabupaten/kota akan mendistribusikan vaksin ke fasilitas kesehatan yang memadai.

Sejauh ini, pendistribusian vaksin di DIY belum menemui kendala yang berarti. “Kalau untuk wilayah DIY yang mudah diakses, saya rasa distribusi vaksin dan logistiknya kita tidak terlalu memiliki kendala,” ujar Kartika saat ditemui awak Clapeyron. Hal ini tentu berbeda dengan wilayah Papua yang memiliki kendala dalam pendistribusian karena medan dan akses transportasinya belum mudah diakses dan juga wilayah Kepulauan Riau yang jarak antar pulau satu dengan yang lain sangat jauh.

Sejatinya, kehadiran vaksin untuk membantu pencegahan penyebaran virus corona tidak akan berjalan efektif apabila tidak dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan yang sesuai. Gaya hidup sehat, protokol kesehatan, dan konsumsi suplemen masih merupakan kunci utama dari penanganan lebih lanjut atas Covid-19 di Indonesia. Oleh karenanya, langkah penanganan pandemi Covid-19 perlu dilakukan secara komprehensif demi menekan angka penyebaran virus corona.

ALKANSA JESIRO SYAM