Lesunya kegiatan penerbangan ditambah pandemi Covid-19 menjadikan aktivitas di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) belum cukup optimal. Pemerintah pun tidak kehilangan akal dengan membangun tol sepanjang 61 kilometer guna meningkatkan bangkitan perjalanan ke BIJB, yakni Tol Cisumdawu.
Pembangunan proyek Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) merupakan bagian dari program megaproyek Tol Trans Jawa. Proyek ini merupakan kelanjutan rencana tol dari arah selatan yang menyambungkan Tol Padalarang-Cileunyi (Padaleunyi) yang nantinya akan bertemu dengan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) dari arah utara di daerah Dawuan.
Proyek ini merupakan satu di antara beberapa Proyek Strategis Nasional, yang secara khusus bertujuan untuk meningkatkan perekonomian Provinsi Jawa Barat. Pembangunan Jalan Tol Cisumdawu sepanjang 61 km terdiri dari enam seksi. Nantinya, Tol Cisumdawu akan terhubung dengan jalan tol akses Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati (Kabupaten Majalengka). Jalan tol ini diharapkan dapat meningkatkan konektivitas ke bandara karena dapat mengurangi waktu tempuh Bandung-Bandara Kertajati menjadi kurang dari 1 jam.
BIJB sebagai bandara kedua terbesar setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta sendiri memang belum berfungsi optimal saat ini. Salah satu penyebab utamanya adalah aksesibilitas dari dan menuju bandara yang belum rampung sepenuhnya, terutama ke pusat-pusat ekonomi lainnya seperti ibu kota Jawa Barat. Selain mengebut pembangunan Tol Cisumdawu, pemerintah merancang strategi lain untuk mengoptimalkan fungsi BIJB Kertajati.
Bandara ini nantinya juga akan memberangkatkan calon jemaah umrah dan haji asal Jawa Barat serta jemaah dari Jawa Tengah bagian barat.
Jalan tol ini akan mengoneksikan arus barang dan orang dari wilayah Bogor-Depok-Bekasi-Karawang-Purwakarta (Bodebekkarpur) dan Bandung Raya, ditambah sebagian wilayah Jawa Tengah. Dengan konektivitas yang semakin meningkat maka operasional bandara akan semakin meningkat dan kompetitif sehingga diharapkan bisa menggantikan Bandara Husein Sastranegara di Bandung.
Proyek yang dimulai pada 23 Agustus 2016 ini sudah rampung sekitar 70% pada beberapa seksinya, dan per Mei 2021 masih harus berkutat pada persoalan pengadaan lahan. Tol Cisumdawu ditargetkan selesai dan dapat digunakan oleh masyarakat pada akhir tahun 2021 ini. Untuk mempercepat pengadaan lahan, Kementerian PUPR melalui Satuan Kerja Pembangunan Tol Cisumdawu, Ditjen Bina Marga terus meningkatkan koordinasi dengan instansi lain yaitu Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Sumedang, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kepolisian Daerah, Kejaksaan Tinggi, dan instansi terkait lainnya.
Skema Pembiayaan Tol Cisumdawu
Tol Cisumdawu dibangun dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Pengerjaan Tol Cisumdawu melibatkan tiga kontraktor asal Negeri Tiongkok atau Cina, yakni Metallurgy Corporation of China (MCC), China Road and Bridge Corporation (CRBC), dan Shanghai Construction Group (SCG).
Dari enam seksi proyek, kontraktor Cina mendapat jatah untuk mengerjakan Seksi 1 dan Seksi 2, yang juga turut memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai bagian dari viability gap fund (VGF) guna menaikkan kelayakan investasi tol tersebut. Sementara untuk Seksi 3, 4, 5, dan 6 dikerjakan oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) dalam negeri, yaitu PT Citra Karya Jabar Tol (CKTJ) selaku investor. Nilai investasi seluruh proyek Jalan Tol Cisumdawu sebesar Rp8,4 triliun.
Yang Istimewa dari Tol Cisumdawu
Banyak daya tarik yang dimiliki Tol Cisumdawu. Tol ini merupakan salah satu jalan bebas hambatan dengan pemandangan yang indah, seperti Tol Bawen-Salatiga, karena menyuguhkan panorama pegunungan di Bumi Priangan. Hal ini didukung dengan keberadaan terowongan kembar yang menembus perut gunung, sekaligus menjadi terowongan jalan tol pertama dan terpanjang di Indonesia. Terowongan ini terletak di Seksi 2 Tol Cisumdawu, tepatnya di Desa Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Terowongan yang menembus bukit ini dibangun dengan teknologi New Austrian Tunneling Method (NATM).
Secara spesifik Terowongan Tol Cisumdawu berada dari STA 12+628 hingga STA 13+100. Terowongan tersebut terdiri dari dua terowongan yang menembus bukit sepanjang 472 meter dan dengan diameter masing-masing terowongan 14 meter. Dalam tiap terowongan nantinya terdapat 1 jalur yang masing-masing terdiri dari 2 lajur dengan badan jalan selebar 11 meter.
Pada potongan melintang, terowongan dibagi menjadi empat bagian, yaitu upper, middle, lower, dan lantai terowongan. Penggalian dimulai dengan menggali bagian upper sedalam 1,5 meter lalu dinding terowongan dilapisi steel fiber reinforced shotcrete setebal 20-25 cm dan dengan steel arches dan wire mesh sebagai tulangan. Penyemprotan shotcrete tersebut dilakukan dengan metode wet spraying.
Shotcrete adalah suatu proses di mana beton diproyeksikan atau disemprotkan di bawah tekanan dengan menggunakan alat bantu atau alat semprot ke suatu permukaan untuk membentuk struktur seperti dinding, lantai dan atap. Permukaan yang disemprot dapat berupa kayu, baja, polystyrene, atau permukaan lain di mana beton dapat diproyeksikan pada permukaannya. Sistem penyemprotan shotcrete ada dua, yaitu wet mix dan dry mix. Metode shotcrete mempunyai prospek yang baik mengingat banyaknya proyek konstruksi yang akan dibangun dengan kondisi topografi Indonesia yang bergunung-gunung. Hal ini disebabkan karena shotcrete dapat bertindak baik sebagai lapisan pelindung di atas permukaan lereng maupun sebagai ‘permukaan penahan’ di mana baut dan sistem pendukung lainnya dapat diikat.
Setelah selesai dilakukan penggalian bagian upper, dilakukan penggalian dengan langkah yang sama pada bagian middle dan lower. Setelah terowongan tergali secara penuh, pada dinding terowongan dipasang lapisan geomembran untuk menangkal rembesan air lalu dinding layan (lining concrete) dicor dengan beton setebal 50 cm. Di saat yang sama, pada bagian lantai terowongan dipasang inverted steel arches kemudian dicor dengan beton untuk lantai kerja serta untuk pondasi jalan saat masa layan. Begitu seterusnya hingga terowongan berhasil menembus bukit. Setelah terowongan berhasil menembus bukit, barulah dilakukan pelapisan perkerasan jalan.
Terdapat banyak pekerjaan galian dan timbunan pada proyek Tol Cisumdawu. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan alinemen horizontal dan vertikal yang diinginkan. Pada pekerjaan timbunan dan galian, dibutuhkan kemiringan lereng yang sesuai. Meskipun demikian, lahan pada proyek ini tidak terlalu lebar karena pembebasan lahan yang begitu mahal dan sulit. Dikarenakan keterbatasan lahan tersebut, kemiringan lereng di Tol Cisumdawu pun lebih curam dibandingkan dengan yang seharusnya.
Kehadiran Tol Cisumdawu turut mendukung pengembangan kawasan Segitiga Emas Cirebon-Subang-Majalengka (Rebana) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan baru, menjadikan kawasan Pelabuhan Patimban di Subang, BIJB di Majalengka, dan Pelabuhan Cirebon sebagai wilayah pendongkrak perekonomian sekitar.
Kawasan Segitiga Emas Rebana tersebut diperkirakan berpotensi menyumbang satu persen total pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah memang tak main-main dalam merancang kawasan metropolitan rebana. Total ada 13 kota industri yang akan dibangun, termasuk Aerocity yang terintegrasi dengan BIJB dan kota maritim yang terintegrasi dengan Pelabuhan Patimban.
YOGA FAERIAL