Jalan Tol Trans Sumatera, pembawa harapan baru kemajuan ekonomi kawasan Sumatera. Pandemi menyerang tak membuat semangat pembangunan menurun, malah akselerasi pembangunan semakin sering digalakkan.
Sebagai pulau terbesar kedua di Indonesia dengan populasi sekitar 60 juta jiwa, Sumatera memainkan peranan penting dalam perekonomian negara. Kemajuan dan keberlanjutan ekonomi di kawasan Sumatera sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan di kawasan tersebut. Konektivitas yang tinggi diperlukan agar dapat menekan biaya logistik dan memajukan sektor industri di kawasan Sumatera.
Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) adalah wujud nyata dari keinginan untuk mencapai konektivitas yang tinggi di kawasan Sumatera. Akan tetapi, pandemi Covid-19 yang menyerang Tanah Air menjadi tantangan tersendiri bagi semua sektor kegiatan, tidak terkecuali pada sektor konstruksi. Untuk membahas lebih lanjut mengenai keberlanjutan proyek JTTS ini,
Clapeyron mendapat kesempatan berbincang dengan Danang Parikesit, selaku Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Proyek JTTS yang telah berlangsung sejak tahun 2015 bukan hanya untuk menghubungkan daerah di Pulau Sumatera, dari Aceh hingga Bakauheni. JTTS ini merupakan sebuah instrumen penting untuk transformasi Pulau Sumatera yang akan menjadi The Second Economic Powerhouse of Indonesia setelah Pulau Jawa. Guna mencapai tujuan tersebut, JTTS hadir sebagai fasilitas pertumbuhan industri, perdagangan, dan pariwisata.
Target Pengoperasian dan Kendala Pembangunan
PT Hutama Karya (Persero) sebagai pelaksana tugas pembangunan JTTS, ditunjuk berdasarkan penugasan langsung oleh pemerintah sehingga biaya konstruksi serta penyediaan tanah akan didanai dan disediakan langsung oleh pemerintah melalui Kementerian Keuangan.
Proyek JTTS memiliki target pengoperasian yang dibagi setiap tahunnya, untuk tahun 2020, target pengoperasiannya adalah sepanjang 500 kilometer. Pencapaian target ini tergantung pada 2 faktor, yaitu besar modal yang diberikan dan besar lahan yang bisa disediakan Kementerian Keuangan.
Apabila melihat kondisi pandemi Covid-19 yang dihadapi, keuangan negara masih perlu ditata ulang karena belanja negara masih terfokus di sektor kesehatan. Dalam manajemen keuangan negara, perlu dilakukan peninjauan kembali untuk proyek-proyek di JTTS. Target pengoperasian semua ruas JTTS adalah tahun 2024 dan apabila dirasa tidak memungkinkan, maka akan dilakukan penyesuaian pada bagian sirip—percabangan dari jalan utama. Sementara itu, untuk bagian backbone yaitu jalan penghubung Aceh-Bakauheni, dipastikan akan rampung sesuai target.
Masa Pandemi Covid-19
Meskipun diterpa pandemi, proyek JTTS tidak dihentikan. Semua pekerjaan konstruksi tetap dilaksanakan dengan tambahan pelaksanaan protokol kesehatan yang telah dicantumkan dalam Instruksi Menteri PUPR.
Mengikuti protokol kesehatan, tidak menutup kemungkinan terjadinya kasus positif Covid-19 di kalangan pekerja proyek. Salah satu kejadian adalah di Banda Aceh, di mana kontraktor Hutama Karya dan beberapa pekerja lain yang mengerjakan proyek terpapar Covid-19. Proyek tersebut dihentikan sementara sesuai protokol, dan dilanjutkan kembali setelah tidak ada lagi kasus baru Covid-19 di area proyek.
Pandemi memberikan beberapa dampak utama bagi proyek konstruksi. Dampak tersebut adalah perlambatan proses konstruksi karena jumlah pekerja di lokasi proyek dibatasi, jenis-jenis kegiatan proyek dibatasi, dan penerapan protokol kesehatan yang menjadi tantangan tersendiri di lokasi proyek.
Penerapan protokol kesehatan di lokasi proyek terlihat sudah baik karena tidak adanya kasus Covid-19 pada lokasi proyek yang disebabkan oleh penularan/transmisi lokal. Beberapa pekerja proyek terpapar Covid-19 ketika berinteraksi dengan pihak luar, seperti pada saat mengurus pembebasan lahan.
Selain pada penerapan protokol kesehatan di antara pekerja, proyek JTTS juga melakukan pengurangan jumlah pekerja. Pada proyek ini, cukup banyak alat berteknologi tinggi yang digunakan sehingga tidak banyak pekerja yang diperlukan. Hal ini tentu juga menguntungkan di masa pandemi karena apabila ada kasus Covid-19 di antara pekerja, tidak banyak pekerja yang harus diisolasi.
Vaksinasi
Pemantauan protokol kesehatan di lokasi proyek tidak bisa dilakukan secara terus-menerus, terutama dalam protokol menjaga jarak karena pekerja konstruksi juga manusia yang perlu bersosialisasi dengan sesamanya. Oleh karena itu, protokol kesehatan tidak bisa menjadi satu-satunya andalan untuk mencegah terjadinya kasus Covid-19 di lokasi proyek. Diperlukan metode lain demi meminimalkan potensi tersebut, salah satunya adalah dengan vaksinasi para pekerja konstruksi
Pekerja konstruksi dan pekerja yang melayani masyarakat termasuk dalam kelompok prioritas yang mendapat vaksinasi Covid-19. Pemerintah selaku pihak berwenang terus mengingatkan para pekerja proyek agar segera mendaftarkan diri dan mendapatkan vaksinasi Covid-19. Selain itu, pelayanan vaksinasi di masing-masing lokasi proyek juga diupayakan. Semakin cepat proses vaksinasi pekerja, maka penularan virus Covid-19 dan keterlambatan proses konstruksi bisa dihindari.
Meskipun telah divaksin, pemantauan protokol kesehatan juga tetap dilakukan. Pekerja harus tetap melaksanakan protokol kesehatan di lokasi proyek dan kondisi barak-barak tempat tinggal pekerja konstruksi juga harus selalu dijaga kebersihannya.
Kebutuhan Logistik di Masa Pandemi
Panjang ruas JTTS yang telah beroperasi mencapai lebih dari 600 kilometer. Hal ini membuat JTTS menjadi tulang punggung sistem logistik di kawasan Sumatera. Meskipun terdapat pembatasan kegiatan di masyarakat, keberadaan pandemi Covid-19 tidak membatasi kendaraan angkutan barang yang melewati JTTS, sehingga logistik pangan maupun material konstruksi di masa pandemi tidak mengalami kendala.
Pada tahun 2021, pemerintah mendorong adanya program padat karya. Selain penggunaan tenaga kerja lokal, dalam program ini material lokal juga akan lebih banyak digunakan tanpa mengurangi kualitas produk yang akan dihasilkan. Salah satu contohnya adalah penggunaan pasangan batu sebagai pengganti beton pracetak yang digunakan untuk membuat drainase di tepi jalan.
Terancam Mandek?
Kebutuhan finansial merupakan suatu komponen penting untuk melaksanakan setiap proyek, termasuk proyek JTTS. Ketersediaan dana dapat menjamin proyek JTTS akan selesai sesuai target. Sudah dibahas sebelumnya bahwa sumber pendanaan proyek ini berasal dari keuangan negara. Akan tetapi, keberadaan pandemi Covid-19 menyebabkan belanja negara berfokus pada penanganan pandemi.
Guna mengatasi kebutuhan dana yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek JTTS, dilakukan pinjaman yang dijamin oleh Menteri Keuangan. JTTS merupakan proyek khusus di mana pemerintah ikut menjamin pinjaman dana yang diperlukan. Keadaan ini membuat banyak bank dari dalam maupun luar negeri tertarik untuk ikut serta dalam pendanaan proyek JTTS.
Di akhir perbincangan, Danang menyampaikan harapannya terhadap Jalan Tol Trans Sumatera. Dengan adanya JTTS ini, infrastruktur lain seperti bandara dan pelabuhan, juga kawasan-kawasan industri di Sumatera akan terhubung sehingga dapat mewujudkan transformasi Sumatera. Saat ini pula, Hutama Karya berkolaborasi dengan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) (ITDC), dan Pemerintah Provinsi Lampung dalam pembangunan kawasan pariwisata yang terintegrasi di daerah Bakauheni.
Jalan Tol Trans Sumatera adalah katalis pembangunan ekonomi sektoral melalui kawasan industri, pariwisata, juga konektivitas infrastruktur transportasi lainnya. Banyak masyarakat yang menaruh harapan pada pembangunan JTTS. Semoga JTTS dapat beroperasi sesuai target dan harapan kemajuan ekonomi kawasan Sumatera dapat terkabul.
MELISA RUTH ANGELICA