Tak luput pula, bintang-bintang di angkasa mengambil peran dengan cahaya kecilnya—melukis atmosfer bumi menjadi indah layaknya perhiasan berkilau di gelapnya malam bagi makhluk bumi yang melihatnya. Itulah yang akan terjadi kepada manusia, apabila mereka melihat ke langit pada malam hari selama ribuan tahun lamanya, menghiasi pusat peradaban manusia tepat di atas kepala mereka.
Matahari yang telah tenggelam menandakan malam hari telah tiba, menggantikan birunya langit dan teriknya hari dengan suara binatang nokturnal yang hingar-bingar mengisi kesunyian malam.
Polusi Cahaya
Namun, semua perlahan berubah ketika Thomas Alva Edison menemukan bohlam lampu. Semenjak itu, sekarang hampir seluruh bagian dunia diterangi oleh cahaya sepanjang waktu. Akan tetapi, apakah kita pernah berpikir bahwa sesuatu yang biasa menyinari kita di tengah gelapnya malam memiliki dampak yang merugikan?
Dampak ini diakibatkan oleh polusi cahaya—cahaya buatan yang digunakan berlebihan. Salah satu dampaknya adalah hilangnya penglihatan visual kita terhadap benda langit yang tengah bersinar di malam hari. Lampu-lampu yang ada di jalan, papan iklan yang bersinar di tengah permukiman, dan gedung-gedung bercahaya yang membuat silau seisi kota di gelapnya malam, mengakibatkan produksi polusi cahaya meningkat dengan cepat.
Akibatnya, cahaya buatan tersebut terpantul dan terbias oleh debu dan uap air ke langit—layaknya partikel kecil yang menutupi penglihatan kita untuk melihat galaksi dan bintang-bintang yang berserakan di angkasa. Peristiwa ini dinamakan skyglow. National Geographic mengatakan lebih dari 80% orang di dunia yang terpapar polusi cahaya. Sementara itu, 1 dari 3 orang di dunia tidak dapat mengamati Galaksi Bima Sakti yang harusnya dapat kita amati dengan mata telanjang pada malam hari.
Polusi cahaya juga dapat secara langsung memengaruhi kesehatan fisik dan mental manusia. Hal ini disebabkan oleh adanya paparan cahaya yang terjadi sepanjang waktu, termasuk malam hari. Paparan cahaya yang terjadi setiap saat akan berpengaruh terhadap hormon, jam tubuh manusia, serta regenerasi sel tubuh dan otak.
Hormon tersebut adalah melatonin, hormon yang dihasilkan oleh tubuh pada malam hari dalam kondisi gelap atau minim cahaya. Akibatnya, seseorang yang sering terpapar cahaya pada malam hari akan membuat produksi hormon melatonin berkurang dari yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal tersebut mengakibatkan berbagai macam gangguan dalam tubuh, seperti kesulitan tidur, sakit kepala, stres, kecemasan, kelelahan, dan berbagai macam gangguan kesehatan lainnya.
Selain itu, polusi cahaya sangat berpengaruh terhadap tingkah laku hewan di sekitarnya, terutama hewan nokturnal. Contohnya, pola migrasi burung dan penyu. Ketergantungan pola migrasi kedua hewan ini pada rembulan membuat mereka salah mengira polusi cahaya yang ada di sekitar adalah cahaya bulan sehingga mereka kebingungan, tersesat, lalu mati secara perlahan. Selain itu, pencemaran cahaya juga berdampak pada punahnya serangga. Serangga malam umumnya tertarik dan mendekati sumber cahaya di sekitar lampu sehingga serangga akan mengalami kelelahan dan mati terpanggang saat mendekati lampu.
Sudah saatnya kita sadar dan berusaha menanggulangi polusi cahaya yang berada di sekitar kita. Tidak seperti polusi lain, polusi cahaya merupakan jenis polusi yang sangat mudah ditanggulangi apabila kita bisa mengatasi penggunaan cahaya dengan lebih bijak.
Dimulai dari langkah-langkah kecil yang dapat kita lakukan dengan cara menghemat dan tidak menggunakan lampu ketika tidak dibutuhkan, menggunakan lampu hemat energi seperti LED, dan selalu memasang tudung atau penutup pada lampu yang berada di luar ruangan untuk mengurangi efek skyglow. Untuk itulah, mari kita lakukan pencegahan ini dimulai dari langkah kecil demi langit kita yang lebih baik.
DHIYA UL HILAL