Beranda Artikel Propaganda Kemakmuran

Propaganda Kemakmuran

oleh Redaksi

 

Foto oleh : Kemal Fardianto

 

Hari masih gelap
Namun bocah kecil berseragam merah dan putih itu telah siap
Ia berlari kecil seraya membawa ransel kecil yang tampak kumal
Menjinjing sepasang sepatu yang tak jelas warnanya, hitam? atau kelabu?

Di sebuah sudut kebun sawit, ia berpapasan dengan beberapa bocah lain
Merekapun melangkah bersama, tampak terburu-buru
Mereka menaiki bukit sambil terengah-engah
Mereka menuruni lembah dengan waswas
Dan menyeberangi sungai
Seutas tali sebagai pijakan, dan seutas lagi menjadi pegangannya

Demi menuntut ilmu
Mereka harus menempuh perjalanan tak terkira jauhnya
Dengan menghapus rasa enggan
Dengan membuang seluruh ketakutan
Dengan mempertaruhkan nyawa

Sedangkan mereka yang di pusat-pusat peradaban seolah menutup mata
Sekelompok manusia itu bahkan enggan melirik tetangga di seberang jalan
Mereka bak lupa
Bertingkah seolah sanggup hidup sendiri
Mereka menikmati hasil perkebunan kelapa sawit, tanpa memikirkan mereka yang hidup di kebun-Kebun itu dan mewujudkan hasilnya
Mereka menuntut kecanggihan teknologi dan kemajuan peradaban
Tanpa mengingat bocah-bocah pedalaman yang bahkan mungkin tak mengenal aksara

Pembangunan seharusnya tepat sasaran
Kesenjangan tak boleh terlalu lebar
Perbedaan tak boleh terlalu tajam
Kedua sisi bangsa seharusnya saling menopang, tidak terpisahkan oleh kepentingan segelintir orang
Karena bila satu sisi hancur, maka sisi lain akan turut hilang daya
Bila belum siap, apakah mungkin kedua sisi mampu melangkah bersama menuju peradaban yang maju?
Bila belum siap, mungkinkah kita kan bertahan?
Bila belum siap, apa yang harus digencarkan?

Jawabannya hanya ada pada kita,
Karena kita, masa depan bangsa

Penulis `:
Annisa Retno Rifaq

Artikel Terkait