Beranda Artikel 47 Tahun KMTS: Mengenang Tradisi, Merangkai Ambisi

47 Tahun KMTS: Mengenang Tradisi, Merangkai Ambisi

oleh Redaksi

myhome

Tepat hari ini, Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil (KMTS) Universitas Gadjah Mada (UGM) meranjak ke usia 47 tahun. KMTS dirintis sebagai prakarsa untuk mewadahi seluruh mahasiswa teknik sipil UGM. Ditengah zaman dinamika kampus yang begitu rumit, bagaimana nasib tradisi-tradisi yang sudah lama bergulir turun-temurun dari generasi hingga generasi yang hingga saat ini menjadi pedoman pergerakan KMTS? Masihkah relevan? Ditengah tuntutan untuk mengikuti tradisi dengan dalil kekeluargaan, apakah kita masih mengindahkan fungsi KMTS ataukah kita hanya korban mengikuti tradisi kolot yang tak ingin berkembang mengiringi perubahan zaman?

Jika dahulu pemikiran tentang relevansi tradisi merupakan hal yang tabu, atau “anti-KM”, mungkin sekarang hal itulah yang diperlukan. Bukan berarti segala hal yang bersinggungan atau bersifat tradisi itu memiliki konotasi negatif. Misal, saling bertegursapa antar sesama, saling menghormati atau semboyan “Sipil Solid” bukan suatu hal yang perlu kita pusingkan untuk dipikirkan layak dipertahankan atau tidak. Lebih tepat yang perlu dievaluasi adalah sistem kerja KMTS yang berdasarkan tradisi. Perlu digarisbawahi bahwa hakikatnya, KMTS ada untuk mewadahi segala kebutuhan anggotanya. Jika tradisi tidak lagi bisa menjawab kebutuhan, layakkah untuk dipertahankan? Apakah tidak lebih baik kita bersama-sama menggagas sistem yang baru tanpa mengurangi sepeserpun kekeluargaan yang menjadi ruh KMTS?

Sistem yang diwariskan kepada Mahesa Rakha, ketua umum KMTS, dan teman-teman pengurus KMTS bukanlah sistem yang sempurna. Pasalnya, banyak hal yang menjadi dilema akibat sistem yang diturunkan, mulai dari program kerja yang berorientasi kepada acara hingga persepsi elitisme pengurus KMTS. Kita tidak bisa menyalahkan Mahesa, teman-teman pengurus ataupun pendahulu-pendahulunya. Bukan kehendak mereka untuk menerima sistem yang seperti ini. Yang perlu kita salahkan adalah tiap suara-suara yang kita penjarakan dalam diri kita sendiri untuk menuntut perubahan.

KMTS yang diasuh Mahesa sangat dinamis. Usulan perubahan dilontarkan dari seluruh kalangan demi tercapainya kemajuan bersama. Menjawab kebutuhan anggota, Ketua KMTS sibuk merencanakan segenap perubahan untuk memperbarui sistem KMTS. Mengusung perubahan bukan hal yang mudah dan membutuhkan kepedulian yang tulus. Jangan menuntut perubahan jika kita tidak ingin berpartisipasi dalam mewujudkannya. Yang dibutuhkan adalah langkah yang nyata dan progresif, bukan sekedar bersembunyi dibalik anonimitas menulis kritikan tak bertanggungjawab pada selembaran kuesioner.

Selamat merenungkan arti perubahan.
Selamat berbahagia.
Selamat ulang tahun, KMTS.

Penulis : Kemal Fardianto

Artikel Terkait